Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

313 Darwish

Oleh Dahlan Iskan

Jumat, 17 Januari 2020 – 05:05 WIB
313 Darwish - JPNN.COM
Dahlan Iskan dan Saifullah Mubarak. Foto: disway.id

jpnn.com - Azan tetap berkumandang lima kali sehari. Termasuk sekarang ini. Di saat Islam merasa menjadi minoritas yang sulit di India.

Azan itu terdengar dari jauh. Dari masjid aliran Ahmadiyah di Qadian. Yang menaranya sangat tinggi itu.

Pun azan di situ tetap dikumandangkan di masa tersulit Islam di India. Itu tahun 1947. Ketika umat Islam di Punjab Timur harus tergopoh-gopoh lari ke Punjab Barat. Dan umat Hindu di Punjab Barat tergopoh harus pindah ke Punjab Timur.

Hari itu India merdeka dengan amat rusuhnya. Merdeka dalam bentuk dua negara. Hindu di Timur. Islam di Barat. India dan Pakistan.

Masjid-masjid di Punjab Timur ditinggalkan. Pun madrasah. Pura di Barat ditinggalkan. Perang agama terjadi. Jutaan orang tewas.

Di tengah suasana kalut itu terjadi diskusi di Desa Qadian. Apakah masjid besar di situ juga harus ditinggalkan. Padahal ada makam Mirza Ghulam Ahmad di dekatnya.

Baca Juga:

Ada juga masjid kecil yang bersejarah. Masjid pertama. Yang didirikan junjungan mereka. Termasuk ada pula rumah tempat kelahiran Mirza.

Mereka pun sepakat untuk mempertahankan Masjid Qadian. Apa pun yang terjadi. Sampai pun kalau nyawa harus melayang.

Banyak sekali pertanyaan ke saya: mengapa Ahmadiyah dimusuhi oleh mainstream Islam? Sampai mengungsi ke London?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News