34 Jenderal Diringkus, Erdogan Rancang Hukuman Mati
Penahanan besar-besaran itu membuat dunia internasional waswas. Sebagian yang ditangkap tersebut sangat mungkin tidak tahu apa-apa.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta Turki menghormati hukum pascatragedi kudeta pada Jumat malam lalu. Hal senada diungkapkan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault. Dia meminta Turki tidak menggunakan kudeta gagal tersebut sebagai senjata untuk membungkam oposisi.
Namun, Turki bergeming. Kudeta itu bahkan mengakibatkan hubungan Turki dengan AS panas. Erdogan sekali lagi meminta AS mengembalikan ulama Fethullah Gulen ke Turki.
’’Setelah upaya kudeta yang terjadi, saya meminta sekali lagi. Ekstradisi pria di Pennsylvania ini (Gulen, Red) ke Turki! Jika kita memang mitra strategis, lakukan apa yang diperlukan,’’ tegas Erdogan kepada Obama.
Mayoritas dari 6 ribu orang yang ditahan memang merupakan pendukung Gulen dan gerakan Hizmet. Turki menyebut mereka sebagai Fethullah Terrorist Organisation alias FETO.
Menteri Ketenagakerjaan Turki Suleyman Soylu malah membuat situasi lebih panas dengan menuding AS ikut menyokong kudeta tersebut.
Pernyataan itu langsung dibantah Menteri Luar (Menlu) Negeri AS John Kerry. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengungkapkan, Kerry telah menghubungi Menlu Turki Mevlut Cavusoglu. Kerry berjanji AS membantu mengungkap pemberontakan tersebut.
’’Klaim bahwa AS memiliki peranan dalam usaha kudeta yang gagal ini benar-benar salah dan melukai hubungan bilateral kami,’’ tutur Kirby.