4 Menit Menpar Arief Yahya Bikin Senyap Delegasi Forum UNWTO
jpnn.com, CHENGDU - Penampilan Menpar Arief Yahya dalam diskusi panel 22nd General Assembly UNWTO, di Chengdu, Tiongkok betul-betul memukau. Sekitar 1.500 delegasi yang mengikuti serentetan sidang pada 14 September 2017 itu terpesona. Senyap, terpukau di tengah ballroom Hotel Intercontinental.
Panel discussion yang dimoderatori Anita Mendiratta, CEO & Founder Britny, lead consultant CNN International Tourism itu terasa beda ketika Arief Yahya bicara. Audience begitu serius memperhatikan poin demi poin yang dilontarkan Mantan CEO PT Telkom Indonesia itu.
Mengafirmasi statemen Sekjen UNWTO Taleb Rivai, yang baru saja demisioner, Arief Yahya menyebut saat ini sedang ada tiga revolusi digital. Revolusi adalah perubahan dramatik, total, ekstrem, bahkan cenderung paradoks, yang menimbulkan disruption di banyak industri.
Dia menyebut 3T, Telecommunication, Transportation, serta yang sedang dan akan terjadi, Tourism! Kata-kata "tourism" inilah yang membuat audience menahan napas. Karena industri pariwisata, cepat atau lambat akan menghadapi perubahan yang revolusioner.
"Revolusi teknologi digital ini tidak bisa dihindari, pasti terjadi! Pasti. Secara alamiah akan mengubah dunia, menciptakan model bisnis baru, jadi pelaku industri yang tidak mau berubah dengan platform digital, pasti akan ditinggalkan customer!" jelas Arief Yahya.
Menpar Arief menegaskan, ketiga revolusi itu semua berubah karena teknologi digital. Di transportasi terjadi ketika bertemu dengan digital, seperti Grab dan Uber. Harga pasar langsung berubah total, dan tiba-tiba platform digital itu langsung membuat harga drop drastis.
Begitu pun di telekomunikasi, semakin murah, semakin gratis, akan semakin untung. Karena itu WhatsApp (WA), Google, Baidu, Line mengirimkan pesan gratis, tidak berbayar.
Revolusi ketiga adalah tourism. Online travel Agent, seperti Traveloka, Booking.Com, TripAdvisor, Ctrip, membuat travel agent konvensional semakin sulit bersaing. "Mereka melakukan sharing economi, mengoptimalkan kapasitas, menjual yang kosong dengan harga murah dan mencari return dari cross selling. Ini semua bisa berjalan dengan cara digital," ungkapnya.