50 Persen Sopir Bus Derita Diabetes
jpnn.com - SURABAYA – Pemerintah berupaya menekan potensi kecelakaan lalu lintas akibat human error awak bus pada saat angkutan Lebaran. Salah satunya melalui pemeriksaan kesehatan sopir bus antarkota dalam provinsi (AKDP) maupun bus antarkota antarprovinsi (AKAP).
Sebagai langkah awal, Rabu (16/7) dilakukan pengambilan sampel urine terhadap 80 sopir di Terminal Purabaya (Bungurasih) untuk diperiksa di laboratorium. Hasilnya sungguh mencengangkan. Yakni, lebih dari separo sopir yang diperiksa ternyata terindikasi menderita penyakit gula. ’’Lebih dari 50 persen yang saya periksa terindikasi diabetes,’’ ungkap dr Peny Sriasih, tim pemeriksa dari Lab Kilinik Medika Yani, Surabaya. Hal itu diketahui berdasar diagnosis pada sejumlah indikator kesehatan saat proses wawancara dan pemeriksaan fisik.
Di antaranya, anamnesis atau riwayat penyakit yang sedang diderita maupun yang pernah diderita sebelumnya. Pemeriksaan fisik meliputi tekanan darah, denyut nadi, dan tes penglihatan warna (buta warna atau tidak). Kemudian, pemeriksaan pada wajah atau muka untuk mengetahuianemis (tingkat kepucatan), ikterik (warna putih mata), dan cyanosis(tanda-tanda membiru di lidah dan bibir).
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan leher untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid (struma) dan kelenjar getah bening. Bagian lain yang dicek adalah dada, abdomen (perut), dan ekstremitas (tulang gerak pada lengan dan kaki). Peny membeberkan, banyak sopir yang mengeluh gampang lelang dan mudah ngantuk. Ngantukan merupakan salah satu gejala penyakit gula. Apalagi dari 80 sopir itu, dua di antaranya mengalami buta warna.
Meski sebagian besar didiagnosis menderita diabetes, Peny menilai belum sampai tahap komplikasi yang dapat membahayakan ketika mengemudi kendaraan umum. Asal istirahat cukup dan diselingi olahraga, itu dapat menjadi terapi kesehatan meski bersifat sementara. ’’Dari hasil dari tes urine dapat diketahui apakah yang bersangkutan pernah mengonsumsi alkohol maupun narkoba,’’ lanjut Peny.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Penertiban Dinas Perhubungan Surabaya Trio Wahyu Bowo berharap pemeriksaan kesehatan awak kendaraan umum itu bisa menjadi shock therapy. Terutama menjelang penyelenggaraan angkutan Lebaran terpadu mulai pekan depan. ’’Pada tahap awal, sampel sopir ditentukan secara acak,’’ tegas Trio. Untuk validitas tes urine, anak buahnya diperintah mengawal sopir sampai kamar mandi.
Sementara itu, Kepala UPTD Terminal Purabaya May Ronald berharap pemeriksaan kesehatan bisa memberikan rasa aman dan nyaman kepada penumpang. Terutama yang hendak bepergian jauh sampai lintas provinsi. ’’Kesehatan sopir sangat berpengaruh pada keselamatan dalam perjalanan,’’ tuturnya.
Jajarannya bersikap proaktif dengan menjemput sopir ke bus yang sedang parkir. Kemudian, mereka mendampingi ke tenda pemeriksaan di depan ruang tunggu penumpang di seberang jalur keberangkatan AKDP. Bagi yang menolak diperiksa dan diminta sampel urinenya, petugas melarang beroperasi dan dipersilakan keluar terminal tanpa penumpang.