70 Persen Produksi Garmen Indonesia Diekspor
jpnn.com - SURABAYA – Penetrasi produk garmen Indonesia di pasar ekspor turut meningkatkan performa industri tekstil. Pada kuartal kedua tahun ini, industri tekstil tumbuh 8,17 persen.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Timur Sherlina Kawilarang menyatakan, produsen pakaian jadi di Jawa Tengah sedang gencar berekspansi di pasar ekspor.
Karena itu, mereka membutuhkan pasokan bahan baku dari industri tekstil di Jawa Timur. Produk garmen asal Indonesia kini mulai merebut kue di pasar ekspor yang selama ini dinikmati produsen asal Tiongkok dan Vietnam.
Pertumbuhan permintaan di pasar ekspor bahkan menyebabkan 70 persen produksi garmen Indonesia didistribusikan di luar negeri. ’’Permintaan garmen setiap tahun terus meningkat karena terdorong pertumbuhan jumlah penduduk dunia,’’ terang Sherlina.
Di dalam negeri, permintaan garmen juga cukup besar. Pada kuartal kedua tahun ini, industri pakaian jadi skala menengah dan kecil bertumbuh 9,15 persen.
Meski demikian, industri tekstil secara nasional justru sedang muram akibat penurunan produksi hingga 7,12 persen. Ketua API Ade Sudrajat mengakui, industri tekstil masih terkendala banjir produk impor serta tingginya biaya energi.
’’Kalau di industri hilir seperti garmen, daya saingnya lebih bagus karena mayoritas bahan bakunya impor. Mereka juga tidak berkewajiban menggunakan bahan baku lokal yang harganya lebih mahal,’’ terang Sudrajat.
Harga bahan baku tekstil di Indonesia menyumbang tingginya biaya produksi. Dengan demikian, produk Indonesia sepuluh persen lebih mahal jika dibandingkan dengan produk Tiongkok atau Vietnam.