75 Titik Kerja Bakti Serentak Pagi Ini
Gerakan bottom up yang dikemas dengan even “Mandiri Kotaku Bersih Jakartaku 2012” ini merupakan kerja bareng antara INDOPOS, Bank Mandiri dan Pemprov DKI Jakarta. Tujuannya sederhana, membangun budaya bersih dan sehat di kompleks warga, dengan cara riil. Yakni bergotong royong, ringan sama dijinjing berat sama dipikul, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga. Sebuah tradisi lama berkekeluargaan, hidup bersosial, yang kami coba bangkitkan di ibu kota negeri ini.
jpnn.com - Jumlah 75 titik itu spektakuler! Jika diasumsikan satu titik 100-200 orang bergerak, maka akan ada 7.500 sampai 15.000 orang Jakarta, yang pagi ini siap-siap berlepotan peluh, membereskan selokan, sampah, menata ranting, menanam pohon, dan menjaga spirit berlingkungan. Dan, mereka akan bergerak selama tiga bulan atau 12 minggu secara beruntun.
:TERKAIT Bagi kami, masyarakat Jakarta rela bergerak dengan tulus, itu sudah kebahagiaan tersendiri. Kami sempat was-was, jangan-jangan program ini ditanggapi dingin-dingin saja oleh masyarakat. Kerja bakti adalah kegiatan sosial yang tidak terlalu “seksi”, tidak terlalu memikat rasa, buat publik. Tetapi, melihat Minggu pertama lalu, perasaan “ketakutan” saya itu betul-betul hilang. Bahkan, saat semalam menghitung wilayah yang bergerak semakin kolosal, semakin mempertebal keyakinan saya, bahwa kerja bakti ini betul-betul mendapat respons luar biasa heboh.
Tidak mudah mengajak warga, dengan suka rela, tanpa paksaan, tanpa intimidasi, untuk meluangkan waktu liburan akhir pekannya hanya untuk bersih-bersih kompleks. Kami memang mensosialisasi hadiah total Rp 720 juta, dalam Gerakan MKBJ 2012 yang sudah dilaunching di Lapangan Bermis, Kelapa Gading, 9 Mei lalu, bersama Dahlan Iskan, Meneg BUMN, Zulkifli Zaini, Dirut Bank Mandiri dan Wiriatmoko, Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Pemprov DKI. Itu hanya dana stimulus, untuk melengkapi fasilitas RT-RW yang masih mereka butuhkan untuk membuat lingkungannya semakin yahud.
Apa yang membuat “energi sosial” bekerja bakti itu membara, di Gerakan MKBJ 2012 ini? Pertama, warga juga membutuhkan lingkungan bersih, rapi, hijau, tertata, dan memberi vitamin mata dan terlihat adem. Toh, setiap hari yang mendapatkan manfaat langsung dari kerapian dan estetika itu juga warga kompleks tersebut. Kedua, warga pun semakin menyadari, bahwa tangan-tangan birokrasi pemerintah dari Gubernur, sampai Lurah tidak mungkin 100 persen memenuhi keinginan warga. Ada banyak hal yang harus diurus sendiri, dipikirkan sendiri, dan dibiayai sendiri dengan tangan, tenaga dan kocek warga sendiri. Kerja bakti adalah solusi paling nyata dan tidak perlu banyak menunggu.
Ketiga, sensasi kerja bakti itu rupanya “barang klasik” yang masih relevan di zaman modern saat ini. Seperti diketahui, penemuan teknologi komunikasi, termasuk media sosial seperti twitter, facebook, facetime, skype, messenger, seolah-olah mendekatkan yang jauh, bumi semakin sempit, tetapi tanpa disadari sekaligus menjauhkan yang dekat. Bertetangga pun, hampir tidak banyak berkomunikasi.
Friends list di media sosial mereka yang berdomisili nun jauh di sana, bisa berbicara setiap saat dengan murah, bahkan tanpa biaya. Tetapi tetangga sebelah, yang setiap hari berbagi udara pagi dan satu penerangan jalan umum (PJU) pun, nyaris tidak banyak sambung rasa. Karena itu, momentum kerja bakti setiap Minggu pagi itu betul-betul bisa menjadi penyambung tali silaturahmi yang luar biasa dahsyat di kota besar seperti Jakarta ini.
Keempat, pemerintah provinsi juga support serius, dengan turut mensosialisasi informasi Mandiri Kotaku Bersih Jakartaku 2012 ini. Beberapa pejabat, walikota juga turut memantau secara khusus kegiatan warga tersebut. Bagi pemerintah provinsi, kegiatan ini sejalan dengan misi pemprov dalam membangun lingkungan sosial yang ideal.
Kelima, salah satu “energi” yang membuat RT-RW terus bergerak dan berkompetisi adalah perasaan “malu” kalau tidak menjadi juara. Malu kalau tidak menjadi yang terhebat. Saya mencatat, dari beberapa lokasi yang bergerak aktif, itu selalu memiliki satu dua orang “aktivis” yang menjadi motor gerakan rakyat ini.
Kemarin saja, Sabtu, 12 Mei 2012, sudah mulai banyak komunitas RT-RW yang bergerak, bekerja bakti. Tidak harus hari Minggu. Saya sempat berkeliling bersama Ibu Camat Menteng, Bondan, di Jalan Tambak II RT 04 RW 05, Kel Pegangsaan. Lalu pindah ke Jalan Bonang, RT 12 RW 06, Kel Pegangsaan, dan di Menteng Jaya, tepi rel kereta api. Sambutan warga betul-betul mengesankan, dan di setiap lokasi, sang aktivis itu terlihat dan terasa leadership-nya. (*)
(*) Don Kardono, Pimred INDOPOS-Wadir Jawa Pos