80 Persen Kemasan Pangan Tidak Aman
jpnn.com, JAKARTA - Tingkat kesadaran masyarakat baik konsumen maupun produsen akan keamanan kemasan pangan masih rendah. Ini terbukti dengan beredarnya kemasan pangan berbahaya, baik itu di pasar tradisional hingga supermarket.
Data dari Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), 80 persen kemasan pangan yang beredar di lapangan tidak aman.
Rata-rata tidak memerhatikan aman tidaknya kemasan, dan hanya fokus pada harga murah. "Ini yang jadi masalah di Indonesia. Masyarakat belum terbiasa dengan kemasan pangan yang aman. Mereka mengganggap asalkan bersih, cetakannya bagus, harganya murah langsung diambil," kata Sekretaris Utama Badan Standardisasi Nasional (BSN) Puji Winarni dalam diskusi SNI di Jakarta, Selasa (16/5).
Dia mencontohkan, pedagang gorengan maupun warung makanan yang senang menggunakan kertas nasi berwarna cokelat.
Padahal kertas jenis tersebut sangat berbahaya karena mengandung zat kimia berbahaya.
"Bahaya penggunaan kemasan pangan yang tidak aman ini bisa menyebabkan kanker dalam waktu panjang. Sebab zat-zat kimia yang tidak terurai sempurna bisa menempel di makanan," tuturnya.
BSN sendiri sudah mengeluarkan kriteria kertas dan karton yang memenuhi SNI. Yaitu jenis kertas kemasan primer yang digunakan untuk membungkus pangan.
Sedangkan kertas dibagi dua macam, kertas kemasan pangan gramatur rendah dan tinggi. "Kemasan primer adalah bahan yang bersentuhan langsung dengan pangan," terangnya.