Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ada Borobudur, Alquran Terkecil, dan Wayang Kulit

Jumat, 04 Desember 2015 – 02:37 WIB
Ada Borobudur, Alquran Terkecil, dan Wayang Kulit - JPNN.COM
Menpar Arief Yahya (kiri) didampingi Dubes RI untuk Vatican Budiarman Bahar saat meninjau Galeri Indonesia di Museum Vatican, Kamis (2/12). Foto: istimewa

jpnn.com - JAKARTA - Bagaimana tidak merinding? Indonesia nun jauh di timur sana secara geografis dari Vatikan, tetapi mendapat apresiasi, dihormati, dan diorangkan, di Museum Etnologi yang berlokasi di dalam benteng Vatican City. Anda tahu? Vatikan adalah negara terkecil di dunia, 44 ha, tetapi Gallery Kebudayaan Indonesia diberi tempat terluas di antara semua negara lain di dunia.

Hampir 15 menit, Menpar Arief Yahya hanya bisa geleng-geleng kepala, sambil berdecak kagum. Begitu masuk ke ruang Museo Etnologico Musei Vaticani yang setiap tahun dikunjungi lebih dari 6 juta turis itu, sudah disambut patung Suku Asmat bercorak primitive dari Papua. Patung katu dengan sosok dua manusia atas bawah itu tinggi menjulang di sudut kanan ruangan, dari lantai sampai ke langit-langit sekitar 8 meter. Sama dengan lukisan dan patung-patung seni karya Michael Angelo, yang memperlihatkan “burung” di bawah perutnya.

Lalu rombongan diajak melintasi beberapa karya seni patung Indian-Amerika, pakaian adat PNG. Ruangan itu memang di desain dengan lighting yang agak temaram, untuk menjaga suhu dan kelembaban museum, agar koleksi karya seni budaya dari berbagai negara di dunia itu tetap awet. Hati Menpar Arief Yahya pun semakin luluh, begitu melihat sepanjang koridor sebelah kiri, dari ujung ke ujung,  ternyata Indonesia Permanent Exhibition Area.

Petak pertama, dikagetkan dengan penjor Bali, janur melengkung dengan berbagai hiasan di ujungnya, dan biasa dipakai dalam upacara adat di Pulau Dewata. Lalu disambut dengan wayang kulit yang dipajang dengan sketsel atau pembatas ruangan ala Jawa. Tiga plong slintru (istilah tradisional Jawa dari sketsel itu, red) itu bergambar wayang Puntadewa (kiri), Gunungan (tengah) dan Kresna (kanan).

Puntadewa atau Yudistira, adalah anak tertua dari tokoh Pendawa Lima, yang tenang dalam bersikap, halus dalam bertutur, jujur dan memihak kebenaran. Dia juga memiliki ajian Serat Kalimasada, yang dalam tradisi Jawa juga dimaksudkan sebagai Dua Kalimat Syahadat. Sedangkan tokoh Kresna, atau Krisna, atau sebutan lainnya Narayana, adalah politisi paling handal, diplomat ulung dalam jagat pewayangan. Sedang Gunungan melambangkan belantara negara, yang lengkap ada sisi baik dan buruk, gelap dan terang, barat dan timur, kiri dan kanan.

Pemilihan model tokoh wayang itu cukup strategis dan pas untuk dijadikan ajang pameran dan diplomasi di Vatikan. Kental dengan unsur budaya, kaya filosofi dan hubungan internasional. “Saya suka wayang kulit, sejak kecil,” aku Arief Yahya yang sampai anak-anaknya diberi nama tokoh-tokoh pewayangan. Anak pertama Bimo Baroto (Bima itu adik Puntadewa, red), Betari Britania, Bismo Batoro, dan Bito Basudewo, semua adalah nama-nama figur dalam wayang dengan karakter yang berbeda.

Satu petak lagi, Menpar Arief Yahya juga dibuat terkesima oleh replika Borobudur dari batu hitam yang detail, dengan ratusan stupa, dan simetris di empat sisi. Ruang outdoor di balik dinding kaca itu, di luar ada cuplikan beberapa relief Borobudur dari cetakan batu yang berwarna cokelat mediterania. Relief itu sumbangan dari Pemerintah Belanda, tahun 1920, jauh sebelum Indonesia Merdeka. Nama Borobudur memang sangat tersohor sejak zaman itu, dan menjadi magnet budaya yang tak terhitung nilainya.

Di sebelah kanan koridor, ada Al-Quran terkecil di dunia yang hanya seukuran dua tuts personal computer, yang hanya bisa dibaca tulisannya dengan kaca pembesar. Sebelah kirinya ada cangkang atau bungkusnya. Al-Quran berada dalam kompartemen yang sama dengan beberapa replica Rumah Gadang, rumah tradisional Minang Kabau yang dibuat dari silver atau perak putih. Cantik, detail, dan berkilau disorot spot light dari atas.

JAKARTA - Bagaimana tidak merinding? Indonesia nun jauh di timur sana secara geografis dari Vatikan, tetapi mendapat apresiasi, dihormati, dan diorangkan,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News