Ada Elemen Membahayakan Negara di Gerakan #2019GantiPresiden
jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati terorisme yang mengamati langsung konflik di Timur Tengah khususnya Irak dan Suriah, Alto Luger mengatakan, ada elemen yang masuk ke gerakan #2019GantiPresiden untuk menerapkan sistem khilafah di Indonesia. Menurutnya, pendukung sistem khilafah hanya menggunakan gerakan #2019GantiPresiden sebagai kedok.
Namun, Alto menilai kedok itu tetap tak bisa menutupi tujuan mengganti sistem di Indonesia. "Yaitu mengganti sistem pemerintahan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan sistem kekhilafahan," kata Alto seperti diberitakan laman RMOL.
Konsultan keamanan yang kini tinggal di Irak itu menjelaskan, ada beberapa elemen dalam gerakan #2019GantiPresiden yang sebenarnya belum tentu saling dukung. Kelompok pertama adalah elemen terorisme yang memberikan angin kepada sel-sel teroris aktif yang ada di Indonesia.
Menurut Alto, elemen itu berupaya menciptakan konflik hingga menimbulkan anarki. “Mereka memanfaatkan situasi anarki yang terjadi untuk rekrutmen sekaligus pembenaran keberadaan gerakan mereka," ulasnya.
Sedangkan elemen kedua adalah Daulat Islamiah seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurut Alto, HTI memiliki tiga tahapan dalam mendirikan khilafah dikemas dengan istilah Revolusi Damai Islam.
Tahap pertama adalah penguatan kader (marhalah al-tathqif). Kedua, tahap interaksi (marhalah tafa'ul ma'a al-naas) dengan menyusup ke militer, polisi, institusi politik tertinggi dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya.
"Di tahap ini, melakukan agitasi antara mereka untuk melakukan revolusi dengan menciptakan konflik antara pendukung dan penolak ide khilafah," imbuhnya.
Adapun tahap ketiga adalah mengambil alih kekuasaan atau istilam al-hukmi. Pemerintahan yang sah pun dijatuhkan dengan memanfaatkan konflik.