Ada Kontraksi di Koalisi Pemerintahan, Berpotensi Jadi Perpecahan
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Satyo Purwanto menyatakan, ada partai di koalisi Joko Widodo (Jokowi) yang mengalami kontraksi dan terguncang setelah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
"Jadi, yang harus disadari itu ada kontraksi di koalisi pemerintah setelah pertemuan Megawati dan Prabowo," kata Satyo kepada jpnn.com, Selasa (30/7).
Menurut Satyo, pertemuan Megawati dengan Prabowo menyiratkan Gerindra akan diterima masuk ke koalisi pemerintahan Jokowi. Akibatnya, ada partai di koalisi Jokowi yang tak terima karena terancam jatah kursinya di kabinet bakal berkurang jika Gerindra sampai bergabung.
"Secara naluri (partai yang sudah di koalisi Jokowi) akan bergerak untuk mengamankan kue kekuasaan yang seharusnya secara maksimal mereka terima. Mereka kan merasa pos sebelumnya yang sudah diincar jadi hilang setelah efek pertemuan Megawati dan Prabowo," ungkap Satyo.
Sekjen jaringan aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) itu pun mengharapkan Jokowi bisa turun tangan menyelesaikan kontraksi partai pendukungnya. Jika Jokowi gagal menyelesaikannya, Igor menyebut kontraksi itu bisa menjadi memicu perpecahan di internal koalisi pendukung pemerintah.
"Saat ini masih terjadi goncangan. Koalisi Jokowi ini panik," ucap dia.
Satyo menuturkan, kontraksi yang dialami partai pendukung Jokowi terlihat dari manuver pertemuan ketua umum Partai NasDem, Golkar, PKB dan PPP. Selain itu, katanya, Ketua Umum NasDem Surya Paloh juga bermanuver dengan mengundang Gubernur DKI Anies Baswedan dan menyinggung soal Pemilu 2024.
"Itu jelas manuver kalau bicara hari ini. Cuma pemilu sekarang saja belum selesai benar, tetapi sudah bicara 2024. Itu lucu," ucap dia.(mg10/jpnn)