Ada yang Positif di Masa Pandemi Terkait Ibu Menyusui
Salah satu ibu menyusui responden survei laktasi, Saskya Nabila Martin mengatakan, berada di rumah selama masa pandemi ternyata tak mengurangi produksi ASI-nya.
"Banyak di rumah, aku bukan ibu yang harus bekerja di kantor (berbisnis). Aku meeting di rumah. ASI aku berikan secara langsung (direct breastfeeding), aku pikir ASI akan berkurang, ternyata semakin direct bresfeeding semakin banyak ASI. Di usia anak 11 bulan masih alami ASI masih sangat banyak," kata dia.
"Aku merasa dengan work from home (WFH), sering di rumah, kasih ASI langsung, ASI makin banyak. WFH di awal challenging tapi setelah beradaptasi ASI semakin banyak," imbuh Saskya yang mengaku sudah terbiasa di rumah.
Penelitian juga menunjukkan, sebanyak 6 dari 10 ibu mengaku keberadaan susu formula tidak menjadi alasan berhenti menyusui selama masa pandemi dan 5 dari 10 ibu mengaku waktu kerja tidak fleksibel bukan halangan untuk tetap menyusui.
Kemudian, terkait konsultasi layanan kesehatan daring selama PBBB, sebanyak 70 persen ibu mengaku pernah memanfaatkannya. Sekitar 64 persen mengaku layanan kesehatan daring efektif.
Sebanyak 40 persen ibu pernah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan menggunakan layanan WhatsApp.
Walau begitu, sebanyak 29 persen mengatakan terkendala jaringan dan khawatir dengan kerahasiaan data (16,4 persen).
Lebih lanjut, penelitian juga menunjukkan pada responden yang belum berhasil memberikan ASI secara eksklusif, 12 persen di antaranya karena faktor pekerjaan selama masa PSBB.