Adian: Fadli Zon Memang Terbukti Tidak Pernah Konsisten
Pematangan AFTA terus berlanjut hingga KTT ASEAN Desember 1997 dilanjutkan KTT ASEAN di Hanoi Vietnam pada Desember 1998. KTT menghasilkan Statement Of Bold Measures yang isinya meneguhkan komitmen pelaksanaan AFTA yang dipercepat satu tahun dari 2003 menjadi 2002.
Sebagai upaya lanjutan dari kesepakatan itu, pada KTT 2001 di Brunei, kata Adian, dibentuk lagi CAFTA (China Asean Free Trade Area). Yaitu perjanjian perdagangan bebas antara negara ASEAN dengan China selama sepuluh tahun. Pengesahan CAFTA selanjutnya dilakukan pada 2008.
"Berangkat dari sejarah panjang lahirnya pasar bebas barang, jasa dan tenaga kerja di Indonesia yang dimulai 1989, maka pantas jika Soeharto diangkat menjadi Bapak Tenaga Kerja Asing," ucap Adian.
Anggota DPR ini juga mengatakan, niat Fadli membentuk Pansus Perpres 20/2018 tidak tepat.
Jika ingin melakukan hal itu, harusnya terkait keputusan awal Indonesia bergabung di APEC dan serangkaian hasil keputusan internasional lain yang terkait dengan pasar bebas barang, jasa serta tenaga kerja.
"Sekarang pertanyaannya, apakah Fadli Zon punya keberanian membuat pansus kebijakan Soeharto yang notabene adalah mertua Prabowo. Masalah lain, apa bisa dilakukan pada orang yang sudah meninggal dunia," katanya.
Adian juga merasa aneh dengan sikap Fadli. Mengapa saat diangkat Soeharto menjadi anggota MPR dan dilantik pada 19 Agustus 1997 lalu, tidak menolak pelaksanaan dan keputusan Soeharto terkait pasar bebas.
"Fadli Zon memang terbukti tidak pernah konsisten. Mulutnya menolak komunisme tapi tangannya mengantar mawar merah ke makam Karl Marx, mulutnya menolak komunis tapi tangannya merangkul patung Lenin dan menyebut Lenin dengan kata Kamared yang berarti saudara se-partai," pungkas Adian.(gir/jpnn)