Adian Napitupulu Ungkit Pilgub 2012, Saat Itu Ahok...
jpnn.com - JAKARTA - Hasil survei dari sejumlah lembaga yang mengunggulkan Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta, sama sekali tidak menjadi jaminan gubernur yang akrab disapa Ahok tersebut akan terpilih.
Pasalnya, kata Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu, fakta memperlihatkan pilkada Jakarta merupakan sebuah anomali. Di mana perubahan-perubahan sangat dinamis terjadi. Contohnya seperti pada pilkada 2012 lalu.
"Tahun 2011 Ahok yang saat itu menjabat anggota komisi II DPR dari Partai Golkar mengadu nasib dengan mencalonkan diri menjadi calon Gubernur DKI dari jalur perseorangan bersama dua cagub perseorangan lainnya yaitu Faisal Basri dan Hendarman Soepandji. Dari tiga calon perseorangan itu, hanya Ahok yang tidak lolos verifikasi, karena KTP dukungan tidak mencapai 100.000," ujar Adian, Jumat (22/7).
Gagal dari jalur perseorangan, Ahok menurut Adian, kemudian pindah ke Partai Gerindra lalu menjadi calon wakil gubernur pendamping Jokowi yang diusung PDI Perjuangan.
Nah, antara Januari-Februari 2012, survei awal Jokowi-Ahok hanya 6,5 persen. Berbanding jauh dengan calon Petahana Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli yang surveinya di atas 70 persen.
Menurut Adian, setelah mendaftarkan diri ke KPU pada 19 Maret 2012, hasil survei terhadap Jokowi-Ahok juga belum menunjukkan tanda-tanda keunggulan. Hanya naik menjadi 14,4 persen sebagaimana hasil survei Lembaga Survei Indonesia pada 8 April 2012. Berbanding jauh dengan perolehan Fauzi Bowo-Nara yang mencapai 49,1 persen.
"Menyadari selisih yang sangat besar, maka PDIP dan Gerindra beserta relawan, berjuang mati-matian untuk memutar balik hasil survei," ujar Adian.
Hasilnya, pada pemilihan suara Jokowi-Ahok mampu mencapai 42,6 %, Foke-Nara hanya 34,05 %. Sementara calon perseorangan Faisal Basri 4,98 % dan Hendardji 1,98 %. Alex Nurdin yang didukung 11 partai hanya mendapatkan 4,67 % dan Hidayat Nur Wahid 11,72 %.