Adidas Lepas Kontrak Kerjasama
Jumat, 20 Juni 2008 – 11:17 WIB
“Adidas memutus kontrak pengerjaan sepatu kepada PT Prima Inreksa Industries di Tangerang,” ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka (ILMTA) Departemen Perhubungan, Ansari Bukhari di gedung Depperin. Menurut dia, putus kontrak itu dilakukan Adidas karena supplier tidak mampu menyuplai sepatu karena sedang terbelit masalah utang. Putus kontrak itu mengancam nasib 7.000 karyawan.
Upaya Depperin tersebut ditolak BNI karena PT Prima Inreksa sudah tidak memiliki lagi aset yang dapat dijadikan jaminan, mengingat seluruh asetnya telah diagunkan sebelumnya. PT Prima Inreksa terbelit banyak utang kepada supplier (pemasok) maupun ke pihak buyer (pembeli) . Ansari memperkirakan utang perusahaan itu nilainya berkisar puluhan miliar rupiah. “Tidak ada lagi aset yang bisa dijaminkan,” ungkapnya.
Dia menegaskan pemutusan kontrak yang dilakukan Adidas tersebut bukan karena iklim usaha yang tidak nyaman tapi lebih karena masalah di internal perusahaan. Persoalan manejemn di perusahaan terjadi akibat salah satu pemiliknya pindah keluar negeri. Namun Ansari mengaku tidak mengetahui peroslan sebenranya yang terjadi didalam manajemen perusahaan itu. “Penyebab masalah internalnya saya tidak tahu,” tegasnya.
Pertengahan tahun lalu, perusahan sepatu kelas dunia, Nike, juga melakukan pemutusan kontrak kerjasama pembuatan sepatu di PT Aneka Shoes Industry (HASI) dan PT Nagasakti Paramashoes Industry (NASA). Dua perusahaan milik pengusaha Hartati Murdaya tersebut dinilai tidak bisa memproduksi sepatu sesuai kualitas yang diinginkan Nike. Sementara dalam kasus Adidas persolannnya lain. “PT Prima dinilai tidak bisa memenuhi suplai yang dibutuhkan Adidas,” cetusnya.
Fenomena banyaknya industri sepatu yang diputus kontraknya, menurut Ansari karena industri ini sangat tergantung dari buyer sehingga dimasukan dalam industri yang dikategorikan footloose (tergantung dari pesanan). Namun begitu, menuut dia, kemungkinan Adidas tidak akan hengkang dari Indonesia dan tetap mengikat kontrak produksi di Indonesia. “Kemungkinan Adidas hanya mengalihkan pesanannya ke perusahaan lain,” jelasnya. (wir)