Agus dan Emir Harus Bersyukur Tak Masuk Kabinet
Rabu, 28 Oktober 2009 – 07:34 WIB
Sedikit saja penjatahan itu kurang merata, bisa-bisa negara kurang harmonis. Misalnya saja sekarang ini. Belum apa-apa golongan tertentu di Ambon sudah mengancam memisahkan diri dari Indonesia hanya karena tidak ada orang Ambon dalam kabinet. Padahal, bisa saja sebentar lagi orang Ambon yang sangat hebat, yang sekarang sudah menjadi orang kunci di Sesneg seperti Lambock (Wakil Sekretris Kabinet Lambock V. Nathans), akan mendapat jatah sebagai sekretaris kabinet.
Memang, secara tradisional suku Ambon selalu terwakili dalam kabinet, sebagaimana suku Padang, Batak, Jawa, Manado, Bali, Palembang, dan Banjarmasin. Orang seperti Gusti Hatta yang menjadi menteri lingkungan hidup, misalnya, tidak hanya membuat kaget masyarakat, tapi juga mengagetkan dirinya sendiri. Ketika sudah dipanggil ke Jakarta pun dia masih mengira hanya akan diangkat menjadi rektor universitas setempat. Barangkali dia tidak tahu kalau sampai hari itu jatah untuk Kalimantan belum ada.
Rasa iri itu bukan hanya monopoli orang Ambon. Di kalangan universitas pun mulai ada guyon: IPB itu singkatan dari Institut Pejabat BUMN! Ini bermula karena pejabat-pejabat di BUMN, mulai menterinya sampai deputinya adalah lulusan Institut Pertanian Bogor. Atau kalau dalam kabinet kemarin ITB menjadi penguasa, kini direbut kembali oleh UI. Maka, ke depan, harus ada tekad bulat dari para alumni ITB Bandung untuk menggelorakan bait lagu "Mari Bung rebut kembali!". Maksudnya untuk kabinet lima tahun ke depan.