Agus Sutikno, Pendeta Bertato Pendamping Orang-Orang Pinggiran
Pelayan Doa yang Merangkap Jadi Guru Matematika”Saya dan istri merangkap jadi guru. Tapi, kalau pelajarannya susah, ya saya nggak bisa ajari mereka,” ujar bapak seorang anak itu, lantas tertawa.
Mata pelajaran yang diajarkan adalah matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan kesenian. Lulusan Sekolah Alkitab Magelang itu juga siap memberikan pelajaran agama apa saja. ”Ada anak yang minta diajari sejarah para nabi dalam Alquran, ya saya usahakan,” tuturnya.
Selama sejam, belasan anak ingusan duduk anteng hingga pukul 18.00 di atas spanduk bekas di gubuk. Di pojok tempat les sederhana beraroma kali dan sampah tersebut, cita-cita mereka dibentuk.
”Tapi, pernah ada anak yang tiba-tiba nangis saat les. Dia melihat ibunya dibawa tamu pria masuk ke kamar,” katanya lirih.
Meski demikian, pelayanan pria yang ingin berpuasa 40 hari meniru Yesus itu penuh liku dan terjal. Dia pernah patah arang dalam memberikan pelayanan doa kepada kaum pinggiran. Tiga kali dia berniat kabur, namun selalu gagal.
”Saya sempat kelelahan, merasa sebatang kara berjuang menyelamatkan mereka,” jelasnya.
Kini, selain pelayanan tiap Minggu di gereja, Agus fokus mengayomi para penghuni tepian Kanal Banjir Timur Semarang. Bahkan, secara rutin tiap pukul 05.00 dia melakukan pelayanan doa pribadi bagi keluarga yang membutuhkan.
”Meski cuma satu orang, saya tetap akan layani. Seperti yang Tuhan bilang untuk selalu taat pada panggilannya,” tandas Pendeta Agus Tato. (*/c15/c10ari)