Agustinus Wibowo dan Petualangan Bertahun-tahun di Afghanistan
Lolos dari Perampokan, Pernah Ditawar Pria HomoSenin, 16 Mei 2011 – 08:08 WIB
Supir itu lantas memalak Agus USD 20. Agus ingat kata-kata salah seorang staf KBRI yang dia temui: jika dalam keadaan sulit, jadilah orang muslim. "Saya langsung baca keras-keras doa yang saya hafal saat kecil. Seperti robbana aatina fiddunya khasanah," katanya. Supir tersebut langsung berteriak, "Iya, iya, kamu bayar saya dulu, nanti saya akan kembali jadi muslim."
Agus tak habis akal. Dia berjanji memberi perampok itu USD 100 jika diantarkan ke kantornya. Saat itu, Agus kebetulan bekerja di media lokal sebagai editor foto. Nah, kantor Agus dekat dengan kantor sebuah kementerian Afghanistan yang dijaga banyak tentara. "Begitu lewat di depan kementerian, saya langsung lompat keluar taksi sampai berguling-guling. Supir taksinya lari. Bisa dibilang, saya yang merampok taksi karena mengantar saya jalan-jalan gratis," katanya lantas terkekeh.
Masyarakat Afghanistan, kata Agus, adalah masyarakat yang sangat memegang teguh budayanya. Mereka bangga menjadi bangsa Afghan. Mereka juga tidak peduli bahwa negaranya kalah maju daripada Pakistan atau Kazhakstan yang cenderung kapitalis. Mereka bahkan menganggap Pakistan adalah negara yang berdiri di atas tanah Afghanistan.