Ahli Bahasa STP Bali Ajari Pramuwisata Gunung Ijen Banyuwangi
jpnn.com - BANYUWANGI - Sektor pariwisata di Banyuwangi, Jawa Timur, terus menggeliat. Wisawatan benua Asia, Amerika, Eropa hingga Australia, makin banyak yang bertandang ke sana.
Dinas Pariwisata Banyuwangi pun tak kendor menyediakan kenyamanan bahasa bagi wisatawan asing. Sejak Rabu (25/5), para pelaku wisata Banyuwangi diasah kemampuan bahasa asingnya guna memberi pelayanan terbaik terhadap wisatawan yang datang.
Ya, bahasa asing dianggap memegang peranan vital dalam industri pariwisata. Gerak cepat pun dilakukan. Mulai Rabu (25/5), guru bahasa dari Unit Pelayanan Bahasa Sekolah Tinggi (STP) Nusa Dua, Bali, yang dipimpin Dewa Gde Ngurah Byomantara, didatangkan ke Banyuwangi.
Kedatangan guru bahasa asing itu untuk melatih para pelaku wisata di Gunung Ijen. Kursus diprioritaskan bagi warga yang pekerjaannya berkaitan dengan sektor pariwisata. Di antaranya tukang ojek, tukang becak, dan perajin barang khas Banyuwangi. Kursus juga boleh diikuti oleh mereka yang ingin bekerja sebagai pemandu wisata.
“Yang ikut pelatihan bahasa terdiri dari beragam profesi, mulai pemandu lokal, penambang, pengelola homestay atau vila, pelayan rumah makan, pedagang dan sopir travel. Mereka berasal dari Kecamatan Licin, Glagah, Giri dan Kalipuro. Pelatihannya dua hari dan yang ikut pelatihan jumlahnya ada 100 orang,” terang Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat STP Nusa Dua Bali, I Ketut Surata, yang dipercaya menjadi salah seorang mentor bagi ratusan pelaku wisata Banyuwangi, Jumat (27/5).
Dari paparan Surata, tak semua orang bisa merasa nyaman berwisata di suatu negara yang tak ia kuasai bahasanya. Secara sepintas, kawasan wisata yang tak menyediakan kemudahan informasi dan komunikasi dalam bahasa yang dipahamisi turis, terasa kurang seksi dibanding dengan kawasan wisata yang mau berupaya merekayasa bahasa sesuai kebutuhan komunikasi wisatawan.
Karenanya, di Banyuwangi, ratusan pelaku wisata itu dilatih berdialek dengan bahasa yang kerap dipergunakan turis saat menayambangi kawasan Ijen. Bahasa Inggris, Jerman dan Perancis, jadi prioritas utama. Pelatihannya, bahkan diperkuat dengan percakapan dan cara menyapa.
"Rata-rata mereka sudah terbiasa berkomunikasi dengan tiga bahasa itu. Jadi, saat 19 ahli bahasa dari Unit Pelayanan Bahasa STP Nusa Dua Bali mengajarkan percakapan dan etika berkomunikasi, ratusan pelaku wisata tadi sudah tak canggung lagi mempraktekkannya lewat percakapan. Di pelatihan ini kami tinggal sedikit menajamkan saja,” tambahnya.