Ahmad Ali: Sulteng Perlu Visi Pembangunan Baru Pascabencana
Sementara visi ketiga pembangunan yang harus dijalankan adalah menetapkan kawasan potensial untuk dijadikan sebagai pusat wisata sekaligus sasaran pemanfaatan ruang berbasis industri wisata.
"Kita harus belajar dan melatih semua stakeholder dalam menyusun rencana pembangunan berbasis pengurangan risiko bencana dalam skema, rakyat, investasi dan pemerintah," paparnya.
Sebelumnya, Pemprov Sulteng membeberkan tahap pembangunan Palu dan sekitarnya baru bisa dimulai awal 2019.
Pembangunan ditargetkan berjalan dua tahun dengan total dana yang dibutuhkan mencapai Rp 18 triliun. Dana pembangunan berasal dari pemerintah pusat, pinjaman, dan pihak ketiga berupa sumbangan.
Sementara terkait potensi kerawanan bencana alam, pascagempa bumi disertai tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah melakukan penelitian di di sana.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada Oktober 2018 lalu memaparkan, hasil penelitian menggambarkan tingkat guncangan jika kena gempa bumi di Palu bisa dibedakan menjadi tiga zona yaitu hijau dan hijau tua, kuning hingga cokelat dan merah muda muda.
Zona hijau dan hijau muda merupakan kerentanan rendah dengan angka kurang dari 5. Zona kuning hingga kecokelatan merupakan gambaran kerentanan menengah dengan angka 5 hingga 15. Sedangkan Zona merah hingga merah muda sebagai daerah memiliki kerentanan tinggi dengan angka lebih dari 15.
Adapun yang termasuk dalam zona kuning, cokelat, hingga merah berada di wilayah pantai dan sekitar teluk.(boy/jpnn)