Ahok Ancang-ancang Pindah Partai
Merasa Tertekan di Gerindrajpnn.com - PERNYATAAN mengejutkan datang dari mulut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Orang nomor dua di DKI Jakarta yang akrab disapa Ahok itu menyatakan, siap pindah partai karena dirinya merasa sudah tidak nyaman berada di Partai Gerindra yang saat Pilkada Jakarta 2012 lalu menjadi kendaraannya untuk duduk di kursi wakil gubernur.
Ahok mengaku mendapat tekanan dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Hal ini terkait sejumlah kebijakannya, yang dinilai tidak populis dan mengancam perolehan suara partai pengusugnya dalam Pemilu 2014 mendatang.
"Gerindra pernah marah ketika Pemprov DKI mengambil kebijakan tidak pro 'kepentingan 2014' alias tidak populer," ujar Ahok, saat acara Rembug Provinsi 2013 bertema "Bersama Membangun Jakarta Baru" di Hotel Lumire, Jalan Senen Raya, Jakarta Pusat, Senin (2/12).
Ahok mengungkapkan, kebijakan yang membuat partainya tidak senang, salah satunya penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL). "Semua PKL harus disikat habis. Caranya, naikkan denda, ada yang protes" Ada. Ada yang lapor ke Komnas HAM. Sedangkan partai marah sama saya, mereka mikir momen 2014, memanfaatkan orang-orang itu untuk pilih," terang Ahok.
Menurutnya, tak hanya soal PKL, partai juga rewel soal kebijakan sterilisasi busway. "Kenapa busway steril sekarang, padahal bus belum datang. Partai bilang, apa nggak bisa nanti habis pemilu baru kamu (Ahok) keluarkan kebijakan nggak populer. Saya sih tidak takut dipecat partai," tegasnya.
Sementara, Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Ibramsyah menilai, statemen Ahok merupakan bentuk tantangan terhadap Partai Gerindra. Ini juga sekaligus memperlihatkan karakter Ahok yang sebenarnya, sebagai seorang politisi yang tidak loyal terhadap partai. "Gerindra harusnya bisa mengambil sikap tegas. Jangan takut memberikan sanksi kepada kader yang tidak loyal," katanya.
Dijelaskan Ibramsyah, rekam jejak Ahok sebagai politisi menggambarkan siapa sebenarnya dia. "Awalnya Ahok adalah kader Partai Golkar, kemudian berpindah partai ke Gerindra karena iming-iming jabatan Wakil Gubernur. Lain hari, bisa saja yang bersangkutan pindah ke partai lain seperti PDI Perjuangan kalau itu untuk kepentingan politiknya," tandasnya. (pes/wok)