Ajax vs Tottenham: Modal dari Mantan Pemain Premier League
Salah satu alasannya karena persaingan dengan Spurs. ''Jika Anda tak bermain melawan satu dari enam klub teratas (termasuk Spurs), maka Anda takkan mendominasi. Anda bisa-bisa menghabiskan banyak waktu tanpa bola,'' beber pemain yang sudah mencetak 24 gol dalam 32 kali penampilannya bersama Ajax.
''Di Premier League itu susah karena Anda takkan banyak diproteksi. Rasanya 80 persen di sana itu pemain bertahan dan 20 persennya penyerang. Berbeda dengan kalau main di Eropa yang lebih terproteksi,'' tambah pemain 30 tahun itu.
Tadic juga sempat merasakan jadi pemain asuhan Mauricio Pochettino, tactician Spurs saat ini, semasa masih di Soton.
Blind tak semerana Tadic. Blind pernah mampu membantu Manchester United menekuk Spurs di Premier League. Walaupun musim lalu dia cuma duduk di bench saat United melawan Spurs. Dua kali dia main membelat United, dua kali pula United takluk di tangan Spurs. Meski begitu dia masih bisa memahami gaya main Spurs dalam era Poche, sapaan akrab Pochettino.
(Baca Juga: Bertempur Seperti Singa, Ajax Menang di Kandang Tottenham)
Leg pertama di London dia sebut belum sempurna. ''Masih ada celah. Tapi, kami paham, pemain Spurs akan bermain untuk segalanya. Jadi, itu yang harus bisa kami manfaatkan,'' beber bek tengah berumur 29 tahun itu. Pengetahuannya tentang gaya main Spurs itu yang kemudian ditularkan kepada rekan setimnya.
Itu seperti yang diungkapkan oleh kapten Ajax, Matthijs de Ligt. Saat diwawancarai Hat Parool, Matthy, panggilan akrab De Ligt, mengklaim saran-saran Blind banyak membantu tim. Khususnya tacticus Erik ten Hag dalam menyiapkan skema main melawan Spurs.
''Kalau kami bermain dengan level tinggi, itu karena Daley. Dia yang mengajari saya apa itu arti penempatan posisi. Pengalamannya luar biasa dan murah hati,'' puji kapten termuda dalam sejarah Ajax itu. Selain Tadic dan Blind, ada pula gelandang Zakaria Labyad yang pernah berkarir di Inggris. Dia main di Fulham pada 2016.