Aktivitas Gunung Anak Krakatau Menurun
jpnn.com - SERANG - Setelah kegempaan Gunung Anak Krakatau pada pekan lalu mencapai 212 kali dengan rincian kegempaan vulkanik dalam sebanyak 3 kali, gempa vulkanik dangkal sebanyak 177 kali dan hembusan sebanyak 32 kali, sejak kemarin (17/2) aktivitas gunung itu mulai menurun.
Sepanjang Senin (17/2), hanya terjadi 96 kali kegempaan yang timbul dari gunung yang berlokasi di perairan Selat Sunda tersebut. Kendati begitu, status Gunung Anak Krakatau masih waspada level dua.
"Kondisi Gunung Anak Krakatau masih berstatus waspada di level dua. Sementara yang terekam di Pos Pemantauan yang berada di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang hari ini (kemarin, Red) terekam 96 kali kegempaan,” ujar Anton S Pambudi, Kepala Pos Pemantauan GAK, kemarin (17/2).
Anton menjelaskan, dari 96 kegempaan rincian aktifitas Gunung Anak Krakatau yakni satu kali gempa vulkanik dalam dan 90 kali gempa vulkanik dangkal, sedangkan untuk hembusan sebanyak 5 kali, sementara untuk gempa tektonik dan tremor tidak terjadi sama sekali.
"Jadi dibandingkan dengan data sehari sebelumnya, aktifitas Gunung Anak Krakatau menurun," jelasnya juga. Anton juga menambahkan, hingga saat ini Pos Pemantau GAK di Pos Pasauran, Cinangka, Kabupaten Serang masih melarang wisatawan dan nelayan mendekat dalam radius 1,5 kilometer.
Lebih jauh, ia juga mengaku merasa tenang dan lega karena beberapa hari kemarin Gunung Anak Krakatau beraktifitas. Lantaran gunung api semakin banyak beraktifitas itu lebih baik, daripada kondisinya diam dan sekali beraktifitas bisa besar yakni meletus.
Sementara itu, berdasarkan release Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), saat ini ada 19 gunung api di tanah air yang berstatus waspada, termasuk Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda.
Di bagian lain, meletusnya Gunung Kelud, Jawa Timur yang meletus Kamis (13/2) sekitar pukul 22.50 lalu, beredar kabar kalau wilayah Kota Serang, Provinsi Banten terkena abu vulkanik. Gonjang-ganjing itu beredar di kalangan warga dan wartawan di Ibu Kota provinsi paling ujung Pulau Jawa tersebut.
Isu tersebut menyebutkan, dua titik di Kota Serang yakni, Mall of Serang (MOS) yang berada tak jauh dari exit tol Serang Timur dan Alun-Alun Barat Serang dijangkau abu vulkanik Gunung Kelud.
"Memang saya pernah dengar isu itu dua hari laIu. Tapi enggak ada kok. Di sini tidak ada debu seperti yang saya lihat di televisi itu. KaIau pun ada debu, ini hanya debu dari kendaraan," kata Rohman, salah satu petugas kebersihan Alun-alun Barat Kota Serang, kemarin (17/2).
Dia juga mengatakan, saat mendengar isu abu vulkanik sejak dua hari lalu dirinya juga sempat kaget. Namun Rohman mengaku selalu memperhatikan gejaIa yang muncuI untuk memastikan isu tersebut. "Tapi tak ada. Debu biasa. Ya namanya juga ada di jalan," katanya enteng.
Sementara di lokasi berbeda yakni di Mall of Serang, juga tidak tampak abu vulkanik. Lukman, penjaga parkir di lokasi itu mengatakan tidak menemukan abu vulkanik. "Nggak ada Mas. Malah saya baru denger. Saya jaga di sini, ya bisa dilihat tidak ada," ujarnya.
Lukman mengatakan bahwa jika ada debu yang berlebih itu hanya dari lalu lintas kendaraan yang tak jauh dari lokasi tempat dia kerja. "Kalau ada debu begitu (vulkanik, Red) mungkin bisa kelihatan menempel di daun. Ini daunnya aja bersih, kan semalam juga nggak hujan," pungkasnya. (bud)