Amran Bisa Mengubah Indonesia Negara Importir jadi Eksportir
Menurut dia di era kebebasan dan demokratisasi ini siapa saja boleh berkata apa pendapatnya, termasuk para pakar dan ekonom bebas menyampaikan pendapatnya. Tetapi pemerintah jangan goyah dengan job desk atau core yang diamanatkan Kepala Negara untuk dikerjakan di masing-masing desknya.
"Malah Pak Jokowi ingin sekali dikritik sekalipun keras- tetapi yang membangun. Saya rasa Pak Mentan juga begitu. Beliaukan seorang akademis bergelar DR. Anggap saja kritik dan saran para pakar sebagai vitamin atau sparring partner atau guru kita untuk terus maju dan menunjukkan kepada dunia bahwa diri kita berkinerja baik untuk bangsa dan negeri ini. Itu pengabdian sangat hakiki. Dan saya yakin, bila kinerja seseorang kinclong- pakar manapun takkan menyebutkan itu butek atau gray. Kalau yang bagus dikatakan pakar jelek- sama saja dia meludah ke atas,” bebernya.
Namun dia juga mengimbau supaya para pakar fair melihat kinerja seseorang. Pak Mentan ini misalnya, dalam kondisi pertanian tahun 2015-2016 yang dilanda musim El- Nina dan La-nina masih bisa menyelamatkan Indonesia tanpa impor beras.
“Bandingkan dengan kinerja para Mentan kabinet sebelumnya. Itu lebih fair. Kalau zaman kabinet dulu itu, kemarau impor, hujan terus juga impor. Katanya alasan fenomena alam, panen petani gagal. Ya impor lagi- impor lagi. Nah, Pak Amran, mana ada. Kalaupun ada seperti kata itu, kan beras pecah 100 persen alias menir untuk keperluan industri, bukan beras konsumsi. Setahu saya begitu. Lagian pakar juga harus tahu. Tidak seorangpun Mentan sebelumnya mampu mengekspor komoditas pangan seperti dilakukan Amran Sulaiman yang sekarang. Yang ada semua serba impor. Nah ini harus jadi catatan para pakar –disuport dong supaya kinerjanya semakin bergelimang. Itu lebih fair dan membangun character building,” imbuhnya.
Menurut dia realitas di lapangan kinerja Mentan Amran bagus. "Saya tidak kenal Pak Amran. Beliau orang Makassar, saya orang Batak, kan gak ketemu tuh. Tetapi saya lebih optimis ke depan bahwa petani kita akan semakin makmur. Diharapkan sesuai Nawa Cita Jokowi. Gong program ekspor pangan sudah dipalu Pak Mentan. Tahun 2017 ini targetnya stock 4 juta ton beras. Itu angka cukup lumayan. Kemudian untuk konsumsi kita juga pasokannya aman. Itu kan luar biasa namanya. Dulu kita tidak ekspor- tapi kekurangan beras. Nah artinya yang dilakukan Pak Amran cs, terus terang saya kasih nilai 99, yang 1 angka lagi bila beliau mampu memenuhi target 4 juta ton beras tersebut,” harapnya.
“Sebelumnya, Februari 2017 kita berhasil mengekspor beras dari Merauke ke Papua Nugini. 20 Oktober 2017 kita ekspor beras lagi dari Entikong ke Malaysia. Walau tidak sebanyak ekspor Beras Thailand, tetapi kita harus bersyukur bahwa kita tengah berevolusi menjadi eksportir kecil-kecilan dulu, nanti kan makin besar,” pungkasnya.
Data Kementan RI, luas tanam Padi periode Juli-September tahun 2016-2017 ini mencapai kisaran 1,0 juta hektar perbulan, hampir dua kali lipat dari luas tanam Juli-September selama 16 tahun terakhir sekitar 600 ribu hektar perbulan. Artinya mulai 2016 sudah menemukan resep mengatasi paceklik dan membalikkan menjadi swasembada.
Untuk diketahui pada 2015 terjadi El-Nino terbesar kekuatan SST Anom 2,95oC dan diikuti 2016 terjadi La-Nina. Kejadian El-Nino tertinggi sebelumnya yakni tahun 1997 dengan kekuatan SST Anom 2,67oC. Pada 1997 dampak el-Nino mengakibatkan sawah mengalami kekeringan 517 ribu hektar dengan puso 87 ribu hektar dari luas padi 11 juta hektar. Selanjutnya Indonesia impor beras tahun 1998 sebesar 7,1 juta ton dan 1999 sebesar 5,0 juta ton, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 202 juta penduduk.