Anak – anak Antusias Belajar Koding setelah Melihat Website Facebook Dibongkar
Amanda pun merasa tergelitik melihat hal itu. Dia menilai aktivitas berinternet anak-anak tersebut kurang produktif. Sebab, kebanyakan bermain game, nonton YouTube, atau berselancar di Facebook (FB). ’’Daripada gak jelas, kenapa tidak belajar koding sekalian,’’ katanya.
Perempuan kelahiran Bandung, 16 April 1987, itu optimistis anak-anak tersebut bisa diajak belajar koding. Sebab, menurut pengamatannya, anak-anak itu memiliki ketertarikan yang besar terhadap internet. Jumlahnya memang tidak banyak, hanya lima anak.
Amanda mengajak lima anak itu untuk mengenal apa itu koding. Pelajaran mendasar dari koding mulai diajarkan. ’’Mereka di awal-awal belajar bagaimana maintenance website,’’ katanya.
Pelajaran pertama adalah mengajar anak-anak itu kemampuan mengolah HTML atau CMS (content management system). Tentu, bukan hal yang mudah. Namun, Amanda memiliki trik tersendiri. Untuk mempermudah anak-anak itu belajar, Amanda saat itu menunjukkan kemampuannya dengan membongkar website Facebook.
Itu dilakukan karena selama pengamatannya, anak-anak suka bermain Facebook. Amanda menunjukkan jeroan dari website Facebook.
’’Mau apa gak seperti saya ini,’’ kata Amanda menirukan ajakan kepada anak-anak saat itu. Ternyata anak-anak mengiyakan dengan antusias. Anak-anak pun dilatih bertahap menjadi seorang programer. Di antaranya, bagaimana membuat website dan merawatnya supaya tidak mengalami gangguan.
Pengalaman mengajar koding itu memperbesar jiwa sosial Amanda. Dia ingin agar koding bisa dipelajari gratis oleh lebih banyak anak-anak. Amanda memutuskan mendaftarkan program belajar koding nonprofit itu ke kompetisi MIT Solve di Amerika Serikat.
Di kompetisi yang diselenggarakan Massachusetts Institute of Technology (MIT) itu, Amanda mendaftarkan programnya tersebut dengan nama Markoding.