Anak-anak Korban Banjir Inginkan Baju Lebaran
KENDARI - Meskipun hidup dalam penampungan, tak membuat anak-anak korban banjir untuk kehilangan semangat mereka. Para anak-anak itu mencario lahahan kosong untuk bercanda ria dengan kerabat-kerabat mereka. Tapi rupanya dalam hati mereka terpendam satu keinginan dalam rangka menyambut hari raya idul fitri yang sudah di depan mata.
Pada umumnya, anak-anak akan dibelikan baju baru, yang akan dipakai pada saat lebaran. Hampir tiap hari terlihat orang tua membimbing anaknya, pergi ke pasar dan mall, untuk beli baju baru. Namum, cerita bahagia seperti itu, tampaknya jauh dari anak-anak korban banjir.
Jangankan untuk membeli baju baru untuk lebaran, mendapatkan pakaian baru saja dari pemerintah sepertinya sangat sulit. Betapa tidak orang tua mereka yang dulunya menjadi penopang keluarga kini hanya duduk termenung di posko pengungsian sambil meratapi hidup yang sudah tak punya lagi tempat tinggal akibat di bawah arus beberapa pekan lalu.
"Semakin hari, lebaran makin dekat, tak tahan hati ini melihat anak-anak, yang ingin baju baru seperti anak-anak lainnya," ujar seorang warga Korban banjir yang mengaku bernama Warti seperti yang dilansir Kendari Pos (JPNN Group), Selasa (6/8).
Ibu dua anak itu mengaku, tidak mampu berbuat apa-apa, selain menatap iba anak-anaknya yang masih kecil. Sesekali ia bersama sumainya menatapi tempat peristirahatan mereka yang dibawa hanyut oleh banjir. Keahlian suaminya untuk mencari pekerjaan sangat minim, sebab suaminya hanya bisa bekerja sebagai kuli bangunan saja.
"Sebagai orang tua, sudah pasti perih hati ini, melihat anak tak dapat pakaian baru. Kalau bisa, bencana ini biar kami para orangtua saja yang rasakan dampaknya," ujarnya menutup kepiluan hatinya dengan tersenyum.
Ia berharap, pemerintah dapat menyediakan sedikit bantuan uang, untuk menghadapi lebaran. Paling tidak, untuk memenuhi kebutuhan anak-anak. Ataukah parea Dermawan yang siap mengulurkan tangan untuk anak-anak di penampungan dekat Kali Wanggu di Kelurahan Lepo-lepo.
Berbeda dengan Aris (7) yang juga merupakan korban banjir, hidupnya kini ibarat berada dalam penjara. Tak mendapat baju lebaran, iapun tak bisa tersenyum seperti anak-anak korban banjir lainnya. Aris hanya bisa merintih kesakitan dalam tenda penampungan dengan tangannya yang mengalami patah tulang akibat bencana banjir. Seolah senyumnya tak terlihat meski banyak teman yang selalu mengajaknya untuk bermain. "Tangan saya patah om, akibat jatuh saat banjir," katanya.
Saat ditanya apakah ia juga mengingkan baju baru untuk lebaran, ia merespon tak punya cukup uang untuk membelinya. "tak punya uang om, bajunya mahal," singkatnya. (cr1/awa/jpnn)