Anak Buah Prabowo: Pemerintah Harus Mikir
jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VI DPR, Heri Gunawan mengungkapkan kekhawatiran atas derasnya modal asing menyasar usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Menurutnya, hal itu terjadi karena sulitnya akses permodalan bagi UMKM yang sedang merintis usaha (Star-up).
Menurut Heri, rata-rata perbankan tidak mau membiayai karena UMKM dan Start-Up tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan (tidak bankable), diakibatkan karena seperti agunan (jaminan) dan laporan keuangan minimal selama 3 bulan terakhir.
Akibatnynya, mayoritas UMKM menemui kendala dalam akses permodalan meski usaha tersebut layak dijalankan. Data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah UMKM produktif yang sudah layak tapi terkendala akses permodalan dalam konteks ini, tidak memenuhi syarat kredit mencapai 15,21 juta unit.
"Kondisi seperti ini jangan dibiarkan berlarut-larut. Pemerintah harus mikir solusi untuk memperluas dan mempermudah permodalan bagi UMKM, termasuk memperkuat institusi permodalan dalam negeri. Salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah skema Modal Ventura (MV) untuk membantu UMKM dan Start-Up," kata Heri di Jakarta, Kamis (9/7).
Di luar negeri, katanya, MV sukses membina perusahaan multinasional pada tahap awal pembentukannya. Tidak tanggung-tanggung, MV juga menjadi bagian dari kelahiran merek-merek besar seperti Ford, Apple, Kentucky Fried Chicken, Sock Shop, Google, dll.
PMV tersebut melakukan penyertaan modal (equity participation) pada usaha-usaha baru tersebut. Jadi, UMKM yang terkendala masalah kredit dan jaminan bisa mengakses permodalan tanpa harus melewati persyaratan yang ribet dan bertele-tele.
Saat ini, MV asing dengan kekuatan dana yang besar sudah masuk ke dalam negeri. Mereka membina perusahaan Startp-Up, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebut saja, misalnya, ZALORA (Scopia Capital), Traveloka (East Venture), Bukalapak.com (GREE Ventures), Go-Jek, OLX, LAZADA, dll.
"Secara makro, kondisi tersebut sangat merugikan perekonomian dalam negeri. Keuntungan perusahaan akan terus mengalir keluar negeri. Padahal, jika keuntungan tersebut di-capitalize di dalam negeri, maka akan sangat bermanfaat bagi perputaran ekonomi dalam negeri, seperti bisa menstimulus perbankan dalam negeri," jelasnya.
Dia menilai MV asing terus berekspansi ke dalam negeri, karena melihat Indonesia sebagai pasar besar yang potensial. Saat ini, ekonomi Indonesia adalah 16 terbesar di dunia. Jumlah kelas konsumen juga sangat besar, mencapai 135 juta, dan peluang pasar jika dikuantifikasi bisa mencapai sekitar ½ triliun dolar AS.
"Jika pemerintah tidak sanggup memecahkan masalah permodalan yang dihadapi UMKM, maka dipastikan modal-modal asing akan mengambil alih. Dan itu berarti pasar Indonesia akan terus dikapitalisasi asing karena ketidaksanggupan pemerintah menjaganya," tegas politikus Gerindra itu.
Karena itu, Heri meminta pemerintah mempermudah akses permodalan dalam negeri dalam rangka menopang UMKM dan Start-Up Indonesia. Kemudian memperkuat institusi (BUMN) yang bergerak dalam usaha pembinaan dan akses permodalan usaha dalam negeri.(fat/jpnn)