Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Anak Melawan, Berikan Pengertian

Minggu, 06 Oktober 2013 – 00:42 WIB
Anak Melawan, Berikan Pengertian - JPNN.COM

Dari cerita Suhatri, hanya dengan memukul yang belum dilakukannya pada anaknya ini. Dia takut jika dipukul akan membuat tumbuh kembang anaknya terganggu. Nasihat dan pengertian telah disampaikannya. "Neneknya (ibu Suhatri), sering juga menasihati. Jika dinasehati, hanya diam saja tertunduk, tapi tetap tidak berubah juga prielakunya," cerita Suhatri.

Dosen IAIN Imam Bonjol yang juga tokoh agama, Asasriwarni menjelaskan, perilaku anak suka melawan ini tidak saja dibentuk oleh lingkungan. Sikap otoriter orangtua juga mempengaruhi prilaku anak. Dia menjelaskan orangtua terlalu menekan atau memaksa anak untuk menuruti semua kenginannya tanpa melihat kondisi dan kemampuan anak.

Orangtua bersikap otoriter kepada anak biasanya karena mereka merasa serba tahu apa yang terbaik untuk anak dan apa yang harus dilakukan anak. Orangtua meyakini bahwa untuk berhasil dalam membimbing, mengarahkan perilaku, dan mendidik anak, sehingga menjadi anak yang baik diperlukan cara-cara yang tegas dan keras. Anak yang merasa terus ditekan atau dipaksa dan merasa tidak mampu memenuhi semua keinginan orangtua pada akhirnya akan menunjukkan sikap melawan.

Selain itu, berbicara kepada anak di saat yang tidak tepat. Kerap kali terjadi, misalnya orangtua meminta anak melakukan sesuatu, padahal anak tengah asyik bermain atau menikmati aktivitas kesukaannya. Anak pun merasa terganggu dengan permintaan orangtuanya tersebut. Dalam kondisi seperti ini, anak biasanya akan mengabaikan permintaan orangtuanya, menunda melakukannya, atau langsung menolaknya. Jika orangtua terus memaksa, sangat mungkin akan terjadi ketegangan atau konflik dengan anak.

Asasriwarni menjelaskan perilaku anak ini juga disebabkan anak sangat menginginkan sesuatu, tetapi orangtuanya tidak dapat memenuhi keinginan tersebut. Anak pun kemudian menunjukkan perilaku keras kepala atau suka melawan orangtua. Anak melakukan ini untuk mencari perhatian orangtua dan sebagai cara untuk menyampaikan protes. Anak berharap dengan perubahan perilaku yang ditunjukkannya, orangtua mau memenuhi keinginannya.

Anak dibiarkan tumbuh tanpa bimbingan. Hal ini bisa terjadi ketika orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau memang orangtua kurana mampu memberi perhatian dan didikan yang dibutuhkan anak hingga nilai-nilai kebaikan, seperti sopan santun, menghargai orang lain, atau batasan benar-salah, boleh atau tidak boleh, tidak tertanam dengan baik pada diri anak. Anak pun tumbuh menjadi pribadi yang egois dan suka melawan orangtua.

Lebih lanjut, pengaruh lingkungan. Anak begitu mudah meniru perilaku teman-temannya, orang-orang lain yang dikenalnya, atau tayangan televisi. Ketika anak mendapati teman-temannya atau orang lain menunjukkan perilaku suka melawan kepada orangtua, anak-anak pun akan dengan mudah melakukan hal yang sama.

Bahkan, anak terlalu dimanja oleh orangtuanya. Semua keinginanya selalu diberikan. Jika suatu saat ada keinginannya yang tidak dipenuhi, anak akan memprotes dan melawan. Tidak kalah pentingnya, hubungan antara orangtua dan anak tidak harmonis. Ikatan kasih sayang dan pengertian antara mereka pun kurang. Kondisi ini rentan menimbulkan konflik antara orangtua dan anak. (eka)

WAJAH Dendi terlihat begitu kesal. Kulit mukanya memerah. Ya, dia tengah menahan amarah pada anaknya. Anaknya berusia delapan tahun tidak mau mendengar

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close