Analisa Tenaga Kerja Pertanian Indonesia di Kawasan ASEAN
Dari data grafik dan pie chart di atas terlihat bahwa tenaga kerja sektor pertanian mengalami penurunan setiap tahunnya baik di negara Indonesia, Malaysia, Philippines, dan Thailand.
Tahun 2002 prosentase tenaga kerja pertanian Indonesia sebesar 44% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup tinggi hingga 35%. Hal ini disebabkan karena tingkat urbanisasi dari desa ke kota yang semakin meningkat, serta banyaknya tenaga kerja Indonesia yang menjadi TKI di beberapa negara ASEAN contohnya di Malaysia.
Salah satu faktor penyebab berkurangnya jumlah tenaga kerja pertanian adalah karena keterampilan dan keahlian bidang pertanian yang masih rendah, disamping itu, belum banyak remaja atau pemuda Indonesia yang berkeinginan menjadi pengusaha di bidang pertanian, serta masih rendahnya upah petani.
Penurunan tenaga kerja pertanian yang terjadi di Thailand tidak separah seperti di Indonesia, ini terjadi karena upah petani di Thailand tidak serendah di Indonesia. Penyumbang 17% GNP Thailand berasal dari 73% jumlah tenaga kerjanya, ini ditunjang juga dengan adanya lahan pertanian yang luas, mencapai hampir 40% dari seluruh wilayah Thailand. Thailand pernah menjadi negara penghasil beras terbesar dan berkualitas tinggi di Asean pada tahun 1997-1998.
Sejak terjadinya krisis ekonomi, Thailand sangat bergantung pada Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Namun hal tersebut justru membuat Pemerintah Thailand berusaha meningkatkan sektor pertaniannya dengan cara menarik investor asing dan memodifikasi undang-undang investasinya. Kala itu jumlah petani Thailand masih rendah dan hanya meningkat 3%. Peningkatan jumlah petani Thailand terjadi mulai tahun 2000 sejak disahkannya undang-undang tentang hubungan pekerja perusahaan negara (SELRA), yang memuat hak-hak pekerja pemerintah sama dengan hak-hak pekerja swasta. Saat ini jumlah pengusaha pertanian dan petani di Thailand mencapai angka sekitar 60% dari total keseluruhan tenaga kerja Thailand.
Sama seperti di Malaysia, jumlah tenaga kerja pertaniannya turut mengalami penurunan. Data Bank Dunia menunjukkan jumlah tenaga kerja sektor pertanian pada tahun 2012 sebesar 13% dari total jumlah tenaga kerja, merosot dari tahun 2002 15% dari total jumlah tenaga kerjanya. Penurunan jumlah ini terjadi karena sektor pertanian kurang mendapatkan perhatian, karena sektor pertanian belum memiliki nilai tambah tinggi dan berdaya saing lemah.
Saat ini Malaysia dan Indonesia memiliki hubungan yang cukup erat di sektor pertanian. Banyak investor dari Malaysia yang berinvestasi di Indonesia dan telah membantu pemerintah Indonesia dalam mengentaskan pengangguran. Sebagian besar investor dari Malaysia menanamkan investasinya khusus di perkebunan kelapa sawit.
Disamping itu, berdasarkan data grafik dan pie chart di atas, tenaga kerja pertanian di Philippines juga mengalami penurunan selama 10 tahun terakhir sejak tahun 2002. Hal ini terjadi karena keterbatasan lahan di negara Philippines serta banyak terjadi penebangan pohon yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.