Ancaman Kekeringan di Mojokerto Meluas
jpnn.com - MOJOKERTO - Meski musim kemarau baru berjalan dua bulan, namun sumber mata air di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mojokerto mengecil. Dampaknya, ancaman bencana kekeringan meluas. Jika sebelumnya yang terdampak hanya empat desa, kini 35 desa.
Bahkan, sebaran bencana itu melanda sedikitnya sebelas kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto Ardi Septianto yang diwakili staf teknis, Mahendra, menyatakan bahwa ancaman kekeringan diakibatkan oleh hawa panas yang tak kunjung surut. Kekeringan tersebut tidak hanya terjadi di wilayah Kecamatan Dawarblandong dan Kecamatan Ngoro. Tapi, sembilan kecamatan lain ikut terancam.
Itu terlihat berdasar kondisi debit sumber mata air di sejumlah wilayah yang setiap hari menyusut. Beberapa kecamatan yang terdampak adalah Kecamatan Jetis, Mojoanyar, Mojosari, Kutorejo, Trowulan, Bangsal, Jatirejo, dan Gondang.
Di antara sebelas kecamatan itu, ada 35 desa yang secara demografis berpotensi mengalami kekeringan. "Sekarang, desa-desa itu terus dipantau, sebagai upaya antisipasi, bersama sejumlah SKPD,"tegas Ardi.
Meski demikian, kondisi yang terlihat sekarang ini belum mengarah pada jenis kekeringan kritis. Sebab, setelah pihaknya memantau di lapangan, sebagian besar masyarakat masih bisa mendapatkan air bersih dari daerah sekitar.
Hanya debit sumber air yang setiap hari menyusut seiring dengan cuaca panas yang tak juga redup. Air sedikit sulit, terutama untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak, serta air yang dibutuhkan di area persawahan.
Dia menganggap kondisi yang terlihat pada sebelas kecamatan tersebut masuk kategori rawan kekeringan. Karena itu, pihaknya mengoordinasikan hal tersebut dengan SKPD terkait. Misalnya dengan dinas pertanian, dinas peternakan, dan perikanan serta PDAM. (nk/jpnn)