Anggap Mayat sebagai Teman, Pernah Dengar Suara Lonceng...Horor
jpnn.com - BEDA. Entah apa sebabnya. Tapi sepertinya, RSUD Kota Mataram, anti mainstream. Kebanyakan kamar mayat rumah sakit berada di sudut yang redup hingga meniggalkan kesan angker pula. Tapi tidak dengan kamar mayat milik RSUD Kota.
LALU MOH ZAENUDIN, Mataram
Memang sama-sama di pojokan. Bahkan jauh di belakang. Tapi yang membuat beda: cahaya.
Sinar matahari leluasa masuk menerpa pintu dan jendela ruangan. Alhasil, jikapun tiba-tiba lampu mati, pengunjung yang phobia dengan kegelapan, tak perlu menjerit histeris. Suasana tetap terang. Kecuali, malam hari.
“Saya Kadek Lia,” kata pegawai kamar mayat RSUD Kota Mataram dengan ramah. Senyumnya mengembang.
Tubuh Kadek agak bongsor. Manis. Sayang, jomblo. Syukurnya dari ekperesi, ia sepertinya sukses move on. Pertama dari mantan. Kedua dari pekerjaan. Untuk yang kedua, sulit membayangkan bagaimana hebatnya, perjuangan Kadek, sampai akhirnya terbiasa dengan jasad-jasad tanpa nyawa.
“Awalnya sih sempat takut-takut, tapi saya mulai berkata pada dia (mayat), ‘saya anggap anda sebagai teman’,” tuturnya, lalu disertai tawa kecil.
Memang itu tak logis. Tapi, siapapun harus makfum, untuk pekerjaan seberat dan sesulit ini, pegawai harus kuat-kuat mensugesti diri. Dan Kadek, membuktikan, ia mampu melakukan itu.