Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Angger Dimas, Disc Jockey Indonesia Nomor Wahid Asia

Tomorrowland dan Kisah Kedinginan di Amerika

Rabu, 19 November 2014 – 00:00 WIB
Angger Dimas, Disc Jockey Indonesia Nomor Wahid Asia - JPNN.COM
RANCAK: Angger Dimas saat beraksi meracik lagu. Foto: Allaf Dzikrillah/Jawa Pos

jpnn.com - Hengkang dari gitaris sebuah band indie pada 2008, Angger secara otodidak mempelajari electronic dance music (EDM) yang belum populer kala itu. Hasilnya, tahun ini Angger menempati posisi 137 disc jockey (DJ) terbaik dunia dan nomor wahid se-Asia.

Laporan Allaf Dzikrillah, Jakarta

PULANG dari sekolah dengan wajah muram, Angger kecil langsung merengek meminta ayahnya mengajari bermain gitar. Rupanya, bocah tujuh tahun itu diolok-olok teman-teman sekolahnya karena tidak bisa bermain gitar. Melihat kesungguhan anaknya, ayah Angger pun akhirnya mau melatihnya setiap pulang kantor.

Ajaran sang ayah membuat Angger jatuh cinta untuk kali pertama kepada musik. Hal itu juga membuat Angger semakin bersemangat untuk terus belajar. ’’Saya berlatih dua jam sehari. Main kunci dasar sampai ngerti cara berimprovisasi,’’ ungkapnya.

Kemampuan Angger bermain gitar terus meningkat. Apalagi ayahnya mengenalkannya dengan musik-musik antimainstream seperti musik dari band asal Jerman Heatwave, musik dengan sedikit vokal dan lebih banyak menggunakan instrumen.

Sebulan belajar bermain gitar, Angger akhirnya mendapat pengakuan dari teman-temannya. Dia pun semakin bersemangat bermain gitar. Bahkan, saat baru berusia 13 tahun, Angger sudah menempati posisi lead guitar di band indie Tanpa Mana. Namun, band itu bubar pada 2008.

Bubarnya Tanpa Mana tidak membuat putra pasangan Agus Riyanto dan Tri Rahayu tersebut berhenti bermusik. Dia tetap memiliki rasa ingin tahu mengenai beragam jenis genre musik. Hingga suatu hari, dia mengenal genre electronic dance music (EDM).

’’Pertamanya bingung, kok bisa orang-orang nikmati musik yang nggak ada vokalnya. Dari situ, saya mikir bahwa musik elektronik ini bersifat universal. Dengan instrumen saja, orang dari belahan dunia mana pun bisa menikmati musik ini,’’ terang pria yang bernama lengkap Raden Angger Dimas Riyanto tersebut.

Hengkang dari gitaris sebuah band indie pada 2008, Angger secara otodidak mempelajari electronic dance music (EDM) yang belum populer kala itu. Hasilnya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News