Anggota Kompolnas Anggap Polisi Keliru Tangani Geng Motor
jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Adrianus Meliala menilai menjamurnya geng motor tak bisa dilepaskan dari kesalahan polisi. Menuruanya, polisi kurang tindakan preventif dalam menangani geng motor. Bahkan, penangannya cenderung reaktif.
“Polisi terlalu reaktif. Padahal yang dibutuhkan adalah cara proaktif atau preventif, karena geng motor tidak muncul tiba-tiba," kata Adrianus, Senin (24/2).
Guru besar krimonologi di Universitas Indonesia itu menambahkan, harusnya ada pendekatan khusus dalam menangani geng motor. Salah satunya dengan mendekati kalangan anak muda agar tidak terjerumus ke pergaulan yang berpotensi membentuk geng motor.
"Perlu personel khusus yang paham soal anak muda. Jangan menyamakan geng motor dengan kelompok preman atau kriminal,” jelasnya.
Meski demikian ia tak menampik perlunya kepolisian bertindak tegas terhadap aksi geng motor yang menggelar aksi balap liar, konvoi di jalan tanpa aturan, hingga melakukan aksi anarkistis. “Karena geng motor kini sudah menjamur, polisi harus bekerja keras menindaknya. Jangan ragu-ragu dan cepat kalah,” cetusnya.
Sedangkan anggota Komisi III DPR yang membidangi hukum, Edi Ramli Sitanggang menganggap keberadaan geng motor belakangan ini sudah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Karenanya politikus Partai Demokrat ini mendukung tindakan apa pun yang dilakukan aparat keamanan dalam hal ini kepolisian, untuk menertibkan geng motor itu.
“Apa pun yang dilakukan polisi untuk menangani geng motor ini perlu kita dukung. Sebab, apa yang dilakukan anggota geng motor ini sudah sangat meresahkan masyarakat,” kata Edi.
Menurutnya, tak ada salahnya jika memang polisi merasa perlu menerapkan kebijakan tembak di tempat untuk mengatasi geng motor. Meski demikian Edi mengingatkan agar parameter untuk menerapkan kebijakan tembak di tempat itu harus jelas. Sebab, banyak juga geng motor yang hanya sekadar tongkrong di pinggir jalan pada malam hari tanpa melakukan aksi kriminal.