Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Angie

Dhimam Abror Djuraid

Kamis, 03 Maret 2022 – 18:26 WIB
Angie - JPNN.COM
Angelina Sondakh di pusara Adjie Massaid, TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Kamis (3/3). Foto: Firda Junita/jpnn.com

Komitmen Jokowi terhadap pemberantasan korupsi sangat meragukan, karena apa yang diucapkannya, seperti bisanya, bertentangan dengan kenyataan yang terjadi.

Revisi Undang-Undang KPK 2019 jelas-jelas telah melemahkan lembaga anti-rasuah itu dan menjadikannya keropos sampai ke akar-akarnya.

Jokowi gagal mencegah pemecatan Novel Baswedan dan kawan-kawan.

Perintahnya tidak diindahkan oleh Menteri PAN-RB Tjahjo Kumolo yang sama-sama kader partai PDIP, bahkan Kepala Badan Kepegawaian Nasional lebih taat kepada Tjahjo daripada kepada Jokowi. Ketua KPK Firli Bahuri juga tidak peduli terhadap perintah Jokowi.

Tiga serangkai itu jalan terus dengan keputusan memecat Novel Baswedan dan teman-teman. Insubordinasi dan penentangan terbuka ini membuat wibawa Jokowi makin merosot di mata publik.

Menko Polhukam Mahfud MD mengakui bahwa korupsi di era reformasi sekarang ini lebih buruk dan jauh lebih meluas dibanding korupsi di era Orde Baru.

Di zaman Pak Harto, kata Mahfud, korupsi dilakukan secara tersentralisasi, terpusat di Jakarta. Skala korupsinya juga relatif tidak terlalu besar. Korupsi ratusan juta saja sudah bikin heboh.

Sekarang ini, kata Mahfud, korupsi mengalami desentralisasi, menyebar ke seluruh daerah dan melebar ke samping, kiri, kanan.

Angie, begitu Angelina Sondakh disapa, kapok dengan kasus korupsinya. Ia juga mengatakan kapok bermain politik. Ia menjadi salah satu dari the rising star dalam politik Indonesia satu dekade silam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close