Anies-Sandi Absen, Ahok-Djarot Panen
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menilai absennya duet Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada debat yang digelar sebuah televisi swasta pada Minggu (2/4) malam menjadi keuntungan bagi pasangan Basuki T Purnama-Djarot S Hidayat (Ahok-Djarot).
Ari mengatakan, saat ini debat antar-pasangan calon Gubernur DKI bisa menjadi titik balik untuk meraup suara pemilih. Menurutnya, duet Ahok-Djarot jelas diuntungkan karena Anies-Sandi membatalkan hanya beberapa jam sebelum debat dimulai.
“Publik Jakarta yang semakin penasaran dengan argumentasi gagasan dari Anies - Sandiaga akan kecewa karena tidak berkesempatan melihat mereka muncul di layar kaca. Ceritanya akan berbeda, jika sejak semula tim sukses pasangan calon menolak hadir sebelum usulan acara debat tersebut dibuat,” ujar Ari di Jakarta, Senin (3/4).
Mantan wartawan yang banting setir menjadi dosen itu menambahkan, publik justru menangkap kesan duet Sandi tidak bersikap gentle karena absen. Padahal, publik semakin ingin tahu soal program one kecamatan one centre of entrepreneurship (OK OCE), program pemilikan rumah tanpa uang muka, serta ide Sandi tentang pegawai Pemprov DKI berangkat bekerja sambil berlari pagi.
“Semua pasangan calon harus menyadari tentang efektivitas sebuah debat dalam menaikkan atau menurunkan elektabilitas kandidat di mata publik. Jika tampil dengan kelugasan berorasi, memakai data dan fakta yang sinkron serta tidak menjelek-jelekkan lawan dengan gaya bahasa yang sinis dan nyinyir, tentu penampilan calon akan mengatrol persepsi positif di mata pemirsa,” ulas Ari.
Sebaliknya, jika calon menghindar hadir dalam debat atau tampil dengan gaya sinis serta nyinyir maka publik akan memberi kesan minus. Karenanya, mestinya setiap kandidat memaksimalkan panggung yang disediakan stasiun televisi.
"Debat di layar kaca harusnya dikapitalisasi dengan maksimal oleh calon karena itulah kesempatan yang berharga. Medium televisi yang bisa dilihat oleh berjuta-juta penonton jauh lebih efektif ketimbang kampanye di satu titik lokasi,” ujar pengajar mata kuliah komunikasi strategik dan humas politik itu.(ara/jpnn)