Antrean di SPBU Kian Panjang
jpnn.com - JEMBER – PT Pertamina sebenarnya mulai menormalisasi pasokan BBM bersubsidi ke sejumlah daerah sejak tengah malam (26/8). Namun, hingga kemarin, antrean BBM di berbagai SPBU di Jember masih panjang. Di pengecer pun, premium sulit didapatkan.
Antrean panjang BBM bukan semakin berkurang, melainkan kian parah. Bahkan, di beberapa titik, panjang antrean bisa mencapai 1 km. Rata-rata para pengendara baru mendapat giliran setelah mengantre satu hingga dua jam.
Tetapi, banyak pula masyarakat yang rela menunggu di depan SPBU walau BBM sudah habis. ’’Ya bagaimana lagi, bensin di sepeda sudah habis. Terpaksa menunggu truk tangki datang,’’ tutur Halimah, warga Tegal Besar, saat ditemui di depan SPBU A. Yani. Jika tidak demikian, kata dia, dirinya bingung jika hendak pulang ke rumah karena bensin di sepeda motornya sudah habis. ’’Masak mau didorong sampai rumah, kan jauh,’’ ujarnya.
Dia juga khwatir tidak menemukan penjual eceran disepanjang jalan sehingga memilih mengantre daripada harus mendorong motor. Sebenarnya, dirinya lebih rela membeli bensin eceran walau mahal daripada mengantre di SPBU. ’’Daripada mengantre begini, harganya lebih baik dinaikkan saja. Jadi, tidak susah seperti ini. Jika antre begini, berapa waktu yang sudah terbuang?’’ ujar perempuan yang juga karyawan swasta itu. Dia menyatakan terpaksa mengajukan izin tidak masuk ke kantor gara-gara ikut mengantre bensin.
Sementara itu, sejumlah pihak kemarin memanfaatkan momen tersebut untuk meraih keuntungan. Misalnya, di Jl A. Yani, Jember. Warga yang membeli dengan menggunakan sepeda motor berkapasitas tangki besar memindahkannya ke botol-botol bensin eceran. Dalam sekejap, warga yang sudah mengantrelangsung membelinya. ’’Mahal sebenarnya. Isinya ndak sampai seliter,tetapi harganya Rp 10 ribu,’’ ujar Reza, seorang pembeli bensin tersebut, kemarin. Namun, daripada mengantre dan tidak mendapat bensin, akhirnya dia terpaksa membeli agar bisa melanjutkan perjalanan ke kantor.
Bukan hanya BBM bersubsidi yang susah dicari, pertamax yang dijual nonsubsidi pun sulit dicari. Teguh, warga Sumberpakem, Maesan, Bondowoso, sepanjang hari kemarin sulit mencari pertamax. ’’Lebih baik harga BBM dinaikkan daripada begini. Biar mahal asalkan barangnya ada, tidak masalah,’’ kata Muslim, warga Kalisat.
Di tempat terpisah, Assistant Manager External Relation Marketing Opertation Region V PT Pertamina Heppy Wulansari dalam rilis yang dikirim melalui e-mail ke Jawa Pos Radar Jembermenyatakan, Pertamina sebenarnya sudah memulihkan pasokan. ’’Sesuai dengan arahan pemerintah, Pertamina menormalisasi pasokan BBM bersubsidi kepada masyarakat,’’ katanya. Hal itu dilakukan agar tidak ada antrean yang berkepanjangan.
Dengan normalisasi tersebut, dia mengungkapkan, pasokan premium dan solar di Jatim dikembalikan ke volume awal. Untuk Jatim, kebutuhan premium mencapai 11.300 kiloliter (kl) perhari, sedangkan solar sekitar 5.800 kl. Bali yang masuk region V membutuhkan sekitar 2.300 kl premium dan 625 kl solar per hari. ’’Dengan penyaluran pasokan normal ini, dalam satu hingga dua hari ke depan, kondisi di SPBU diharapkan kembali normal,’’ katanya.