Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Antrian di Pusat Rehabilitasi Narkoba Milik Pemerintah Australia Disorot

Jumat, 05 Juni 2015 – 18:29 WIB
Antrian di Pusat Rehabilitasi Narkoba Milik Pemerintah Australia Disorot - JPNN.COM

"Ia menangis di telepon. Pada dasarnya, ibu saya hanya mengatakan, ‘Jika kamu kembali tanpa menyelesaikan program, kami akan mengganti kunci. Kamu tak lagi diterima di rumah kami. Itu adalah waktu yang buruk bagi keluarga saya. Ibu memberi ringkasan singkat seperti apa hidupnya selama tinggal dengan saya beberapa tahun terakhir. Itu membuat saya sedih," kisahnya.

Jimmy lantas menyambung, "Saya pernah mendengar semua itu sebelumnya, tapi saya tak pernah terus terang ketika ia mengatakannya kepada saya. Setiap kali ia mengatakan sesuatu kepada saya, jika itu menyinggung, saya akan minum lebih banyak atau aku akan memakai obat lebih banyak. Di sini, saya tak punya minuman atau sesuatu untuk digunakan jadi saya harus duduk dengannya dan itu menyedihkan. Saya kembali ke kamar, membongkar tas dan melakukan segala sesuatu yang disarankan.”

"Saya akhirnya ingin bersih. Saya telah mencapai titik terendah dalam hidup.Saya tak bisa lagi hidup dengan cara seperti ini dan saya akan mati atau kotoran saya diberesi," tuturnya.

Jimmy tinggal selama tujuh bulan dan diberi rencana manajemen untuk dipraktekkan kembali di Australia, tempat di mana ia tetap bebas narkoba dan alkohol hingga hari ini.

Situasi pengobatan di Australia kontras dengan langkah-langkah yang diambil oleh Selandia Baru, yang pada tahun 2001 memiliki salah satu tingkat penggunaan sabu tertinggi di dunia- 2x lipat lebih banyak dari tingkat kasus yang ada di Australia saat ini.

Kepala Yayasan Narkoba Selandia Baru, Ross Bell, mengatakan, awalnya, Pemerintah Selandia Baru menindaklanjuti dengan mengkriminalisasi penggunaan sabu, meningkatkan hukuman bagi pengedar narkoba, berinvestasi lebih pada pengawasan bea cukai dan melarang peredaran bahan kimia yang digunakan untuk membuat sabu, tetapi pendekatan 'perang terhadap narkoba' ini tak berhasil.

Ketika pada tahun 2009 pemerintah Selandia Baru berinvestasi dalam terapi untuk pecandu, jumlah pengguna mulai turun. Hari ini, tingkat pemakaian sabu di Selandia Baru setengah dari Australia.

"Kami mampu membuat beberapa kemajuan nyata karena sektor perawatan yang kekurangan dana tiba-tiba memperoleh sumber daya yang seharusnya wajib dimiliki," sebut Ross.

Beberapa bulan terakhir, Pemerintah Australia meluncurkan kampanye kesadaran publik akan bahaya narkoba. Namun para pengguna yang ingin lepas dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News