Anwar Ibrahim: Jangan Terbuai Pujian dari AS
jpnn.com - JAKARTA - Tokoh oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim mengingatkan negara-negara kawasan Asia tidak terbuai dengan berbagai pujian dari para pemilik modal yang mengusai pasar keuangan dunia di New York, Amerika Serikat. Menurutnya, pujian itu karena para pemilik modal mendapat keuntungan besar dari tata kelola perekonomian yang saat ini dilakukan di kawasan Asia.
"Jadi jangan terpukau dengan pujian New York, karena pertumbuhan ekonomi yang dialami negara-negara kawasan Asia intinya tidak mengurangi kemiskinan dan derita rakyat Asia. Mereka memuji karena ada keuntungan besar bagi mereka dibalik pertumbuhan tersebut," kata Anwar dalam “Dialog Bersama Anwar Ibrahim” di gedung DPD, Senayan Jakarta, Jumat (2/5).
Anwar menuturkan, dirinya ketika menjabat menteri keuangan di Malaysia sama sekali tidak pernah merespon berbagai pujian New York dan negara-negara barat lainnya. Ditegaskannya, fundamental ekonomi sesungguhnya adalah rakyat, dan bukan para pemilik modal.
"Saat saya menteri keuangan, saya tidak pernah merespon puja-puji New York dan Bank dunia, karena fundamen ekonomi itu sesungguhnya rakyat, bukan uang yang dikendalikan sekelompok orang sebagaimana yang diinginkan New York," tegas Anwar.
Menurutnya, 99 persen rakyat tidak dapat manfaat dari puja-puji pemilik modal di AS. "Kita lupa melihat permasalahan ekonomi dari sudut nilai dan keadilan. Ini yang mengakibatkan kita menanggung malapetaka terus-menerus," tegasnya.
Anwar menambahkan, hal yang menarik untuk dicermati adalah pernyataan George Soros di era 1990-an yang menyebut kekuatan ekonomi dikuasai segelintir orang yang rakus dan memperkaya diri dengan cara melanggar semua ketentuan. "Kongres (DPR di AS) sendiri tidak berdaya membuat aturan karena begitu kuatnya pengaruh mereka," pungkasnya.
Sedangkan Ketua DPD RI, Irman Gusman memuji Anwar sebagai tokoh di Asia. Karenanya Irman berharap Anwar terus berjuang demi kejayaan Malaysia dan Asia.
"Terus dan tetaplah berjuang karena sebuah perjuangan pasti ada akhirnya. Terutama untuk memperjuangkan sebuah cita-cita sebagaimana yang diungkap dalam buku Datuk Sri Anwar Ibrahim berjudul The Asian Renaissance,” kata Irman.