APCI: 93 Persen Cengkeh untuk Industri Rokok
jpnn.com - JAKARTA - Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) menilai pernyataan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang menyebut cengkeh untuk tambahan rokok hanya sedikit, tidak berdasar dan patut dipertanyakan sumbernya.
"Kami mempertanyakan sumber keterangan itu dari mana dasarnya. Pasalnya, 93 persen cengkeh diserap oleh industri rokok, terutama kretek," kata Ketua APCI Soetarjo dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Kamis (4/10).
Dijelaskannya, APCI memang sudah mengirimkan surat keberatan yang disampaikan ke Presiden SBY bahwa memang hampir satu juta petani dari total lima juta hektar lahan cengke yang akan gulung tikar jika Frame Work Convention on Tobacco Control (FCTC) diberlakukan.
Data itu didapat APCI dari Dirjen Perkebunan dan juga sejumlah asosiasi. "Jadi kami punya data jelas, saya tidak tahu Ibu Menteri memakai data yang mana," sambungnya.
Soetarjo juga heran, Menkes tetap saja ngotot meski menteri lain sudah memberi sinyal penolakan. "Kami dapat dukungan dari sejumlah kementerian lain," jelasnya tanpa memerinci.
Lebih lanjut, hasil produksi cengkih Indonesia per tahun berkisar 100 ribu ton dengan luas lahan sekitar lima juta hektare. Kini produksinya berkisar 75 ribu ton lantaran masalah cuaca sehingga harganya melonjak.
"Kami minta jangan ada regulasi yang mengganggu petani cengkeh," ujarnya.
Seotarjo menegaskan, klausul yang paling ditolak petani cengkeh dalam FCTC terutama pasal 9-10 yang menyebut rokok tidak boleh pakai zat perasa. Padahal, rokok kretek mayoritas memakai cengkeh untuk memperkuat rasa.