Apen Bayeren Jadi Atraksi Unggulan di Festival BMW 2017 Biak
Wawan menambahkan, karena luasnya area atau tempat barapen menyulitkan kaum pria dari leluhurnya untuk mengambil batu panas yang sudah dibakar khususnya yang berada di tengah, maka para leluhur memperkenalan daun Sindia.
”Nah, daun ini yang diminta dioleskan di kaki supaya tidak rasa panas, sehingga mereka bisa berjalan di atas batu yang panas tanpa merasa sakit atau kaki melepuh karena panas,” terang Wawan.
Wawan menambahkan, Dewan Kesenian Biak menggunakan acara ini sebagai tradisi adat khas masyarakat Biak yang juga merupakan upacara penghormatan kepada seseorang atau tokoh.
"Upacara ini juga bisa khusus digelar untuk menghormati kedatangan tamu, berupa penghormatan yang sakral," kata Wawan.
Dalam atraksi kemarin, sekitar 12 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan, bersiap diri dan mengenakan pakaian adat.
Tetua adat kemudian memimpin doa. Di tengah lapangan, tersebar batu panas yang di bawahnya terdapat bara api.
Batu-batu itu disebar berbentuk lingkaran. Tak lama kemudian, salah seorang lelaki mulai berjalan di atas bara api
"Tidak sembarang orang bisa melakukan ini. Intinya hati dia harus bersih, pikiran juga. Kalau perempuan tak boleh sedang hamil atau haid, pikirannya juga harus bersih," jelas Bupati Thomas.