ARB Menyerah, Leo Mencibir
Namun, karena sudah diputuskan ARB, Bamsoet menerimanya meski dengan berat hati.
"Baru kali inilah dalam sejarah panjang Golkar harus tunduk dan bertekut lutut pada kekejaman kekuasaan yang tidak menghendaki ARB sebagai ketua umum dengan memakai senjata SK pengesahan yang terus digantung," kata Bamsoet dalam keterangannya, kemarin.
Dia menantang Agung Laksono menjadikan Munaslub sebagai arena pertarungan yang fair. "Kami berharap jalan yang dibuka ARB disambut baik oleh kawan-kawan Ancol yang sudah tidak jelas itu karena SK-nya sudah dibatalkan pemerintah, untuk masuk dalam gelanggang pertarungan yang demokratis dan tidak lagi berteriak-teriak di pinggir jalan," cetusnya.
Pihaknya mengajak Agung Laksono Cs untuk menentukan jadwal, waktu dan tempat penyelenggaraan Munaslub. Kemudian membentuk kepanitiaan bersama dengan supervisi BJ Habibie, Jusuf Kalla, dan Akbar Tanjung. Lalu, Agung dan Ical mengirim nama masing-masing calon yang akan bertarung.
"Tapi, ya itu tadi. Kalau nanti kalah, jangan lagi teriak-teriak dicurangi atau bilang tidak demokratis. Harus kesatria dan tidak boleh jadi pecundang," tegasnya.
Di forum Rapimnas tahun 2016 di JCC Senayan, Jakarta Sabtu (23/1) malam, yang juga dihadiri Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan pimpinan partai Koalisi Merah Putih (KMP) lainnya, ARB mengatakan Golkar tidak lahir dalam oposisi. Doktrin partainya berbeda dengan partai lain karena keahlian Golkar adalah pada pengelolaan kekuasaan, bukan pada perlawanan terhadap kekuasaan.
Karenanya, kata ARB, Golkar harus bersikap dan melakukan repositioning demi pengabdian pada tujuan lebih besar, yaitu kejayaan dan kemajuan Republik Indonesia.
"Sesuai hasil Rakornas di Bali beberapa minggu silam, saya yakin bahwa kader-kader partai kita memutuskan lewat Rapimnas ini agar Partai Golkar memilih jalur pengabdian dengan berada bersama kekuatan yang dipimpin Presiden Joko Widodo," kata ARB.