AS-Eropa Sepakat Sanksi Berat Libya
Selasa, 01 Maret 2011 – 07:13 WIB
Dewan Keamanan PBB juga sudah memerintahkan Mahkamah Internasional untuk meneliti kemungkinan adanya pelanggaran HAM di Libya. Langkah itu merupakan kali kedua yang dilakukan PBB. Yang pertama terjadi pada 2005 ketika mereka menyidik pembunuhan masal di Darfur, Sudan, sebagai kejahatan perang.
Sementara itu, tanda-tanda perang sipil terus menguat di Libya. Dua pihak yang berlawanan "antara yang pro-Kadhafi dan anti-pemerintahan" terus unjuk kekuatan. Musuh-musuh Kadhafi, termasuk di antaranya tentara yang membelot, menduduki kawasan timur negeri tersebut. Mereka juga menguasai sejumlah infrastruktur minyak. Sementara itu, Kadhafi dan pasukannya masih bertahan di ibu kota Tripoli dan kota-kota tetangganya. Dia masih di-back up pasukan keamanan dan tentara bayaran yang persenjataannya lebih lengkap.
Di Zawiya dan Misrata, kota terdekat dengan Tripoli yang dikuasai oposisi, para demonstran terlibat bentrok dengan loyalis Kadhafi. "Rakyat menanti pasukan Kadhafi datang. Insya Allah, kami akan kalahkan mereka," seru Alaa, salah seorang warga Zawiya, sekitar 50 kilometer di barat Tripoli. Di kota itu, warga memang terus berjaga-jaga untuk mengantisipasi serangan balik tentara Kadhafi.