AS Optimistis, Tiongkok Masih Skeptis
jpnn.com, BEIJING - Pekan depan, Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He bakal berganti menyambangi AS untuk negosiasi kesepakatan dagang. AS yakin bahwa pembicaraan ke-11 itu bakal menjadi yang terakhir. Namun, Tiongkok berkata lain.
Juru Bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders berkoar bahwa perjanjian sudah masuk tahap akhir Kamis lalu (2/5). Keyakinan itu datang setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dijamu Liu di Beijing sehari sebelumnya. Tiga petinggi dua negara itu terlihat harmonis saat mengawali dan mengakhiri negosiasi tersebut.
"Pada akhirnya, Anda akan melihat dua pemimpin negara duduk dan merampungkan kesepakatan dagang," tegasnya seperti dilansir South China Morning Post.
Sebaliknya, kubu Tiongkok malah menolak bersikap tegas. Saat media berusaha mengonfirmasi, pejabat pemerintah via Taoran Notes menyatakan bahwa pembicaraan belum rampung. Sebagai informasi, Taoran Notes adalah platform media sosial yang digunakan pemerintah untuk memberi kabar soal perundingan kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok.
"Apa yang disampaikan (AS) adalah taktik untuk menekan lawan bicara mereka. Tak usah ditanggapi serius." Begitu komentar dari pemerintah.
Pakar hubungan internasional Shi Yinhong mengatakan, pembicaraan tak mungkin berjalan dengan cepat. Profesor di Renmin University, Beijing, tersebut menilai bahwa permintaan AS sejak awal sudah besar. Hal itu tentu membuat pemerintah Tiongkok susah mengabulkan tuntutan kabinet Presiden AS Donald Trump.
"Tak mungkin Tiongkok mengubah kebijakan mereka dalam waktu singkat," tegasnya.
Sementara itu, Myron Brilliant, kepala bidang hubungan internasional di US Chamber of Commerce, ikut berbagi rasa pesimistis terkait perundingan perdagangan. Meski sepakat, dia ragu bahwa Tiongkok bakal benar-benar melepas sokongan untuk industri mereka.