AS Stop Sadap Angela Merkel
Perintah Barack Obama sejak Pertengahan Tahunjpnn.com - WASHINGTON - Gedung Putih akhirnya menjawab pertanyaan media seputar aksi penyadapan Badan Keamanan Nasional (NSA) atas Jerman. Kemarin (28/10) Washington menegaskan bahwa Presiden Barack Obama sudah memerintah NSA untuk berhenti menyadap telepon genggam Kanselir Jerman Angela Merkel sejak pertengahan tahun.
"Begitu Gedung Putih mengetahui aksi penyadapan itu, presiden langsung menghentikan aktivitas NSA tersebut," kata seorang sumber pemerintahan kepada harian Wall Street Journal.
Dalam wawancara tersebut, sumber yang merahasiakan identitasnya itu menegaskan bahwa Obama baru mengetahui soal penyadapan terhadap Merkel pada pertengahan tahun.
Jubir NSA Vanee Vines menyebut berita yang disebarluaskan mingguan Bild am Sonntag tentang Obama dan Sekjen NSA Keith Alexander tidak benar. Akhir pekan lalu media Jerman itu menyatakan bahwa Obama dan Alexander membahas penyadapan terhadap Merkel pada 2010. Dalam laporannya, Bild am Sonntag mengaku mendapatkan informasi tersebut dari seorang pejabat intelijen AS.
Kemarin Vines membantah keras laporan tersebut. "Pada 2010 Alexander dan Presiden Obama sama sekali tidak membahas aktivitas intelijen asing yang melibatkan praktik penyadapan terhadap Kanselir Jerman Merkel," paparnya. Dia menegaskan bahwa berita tentang pertemuan Alexander dan Obama tentang Merkel merupakan kebohongan belaka.
Selain Merkel, menurut The Guardian, NSA atas sepengetahuan Obama juga menyadap telepon sedikitnya 34 pemimpin dunia yang lain. Kemarin Wall Street Journal menyebut praktik yang menuai kecaman dari negara-negara sahabat tersebut sudah dihentikan. "Beberapa program (penyadapan) lain juga sudah dijadwalkan untuk berhenti, tapi memang masih berlangsung," terang Wall Street Journal.
Sumber Wall Street Journal mengatakan bahwa NSA memiliki berbagai teknik penyadapan. Karena itu, tidak mungkin NSA menjelaskan setiap teknik tersebut kepada Obama. "Presiden mengetahui poin-poin penting aksi intelijen NSA dan memberikan restu kepada sejumlah misi prioritas. Tapi, para pejabat di bawah presidenlah yang menentukan detailnya," lanjut harian tersebut.
Dalam edisinya kemarin, Wall Street Journal menjelaskan bahwa detail aktivitas penyadapan itu dirancang khusus oleh NSA. "Semua itu diatur sendiri oleh NSA. Presiden tidak tahu detailnya," tegas pejabat tersebut.