Asia Topa di Australia Tampilkan Seniman Indonesia
"Jadi yang saya akan peragakan adalah sikat gigi sebagai suatu disiplin yang setiap hari kita lakukan dan itu persis seperti teror yang dilakukan [pemerintahan] fasis untuk sebuah kekerasan, dimana masyarakat itu menjadi diteror dan patuh pada disiplin," ujarnya saat ditemui Erwin Renaldi di Arts Centre Melbourne.
Sementara 'Lorong Pembantaian' adalah karya yang dibuat Dadang pada tahun 2015 dan pertama kali ditampilkan di Adelaide.
Kali ini lorong diubah menjadi dalam bentuk 'U'. Bagian dinding, atap dan lantai menampilkan ratusan gambar kepala berukuran kecil yang dibuat Dadang dalam waktu enam bulan.
"Tentang pembantaian 1965... masuk kesini, audiens akan merasakan pernah adanya tindak kekerasan di Indonesia," ujar lulusan Institut Kesenian Yogyakarta yang pindah ke Australia di tahun 1999.
Melati Suryodarmo, seniman asal Surakarta yang kini tinggal Jerman, menampilkan karya visual 'Sweet Dreams Sweet' yang dibuat pada tahun 2013. Karya visualnya menampilkan sekelompok perempuan yang seluruh tubuhnya ditutup kain berwarna putih untuk menyembunyikan identitasnya.
Dalam karyanya ini Melati seolah ingin mempertanyakan dampak dari hegemoni atau bentuk penguasaan politik dan budaya kelompok tertentu terhadap pluralitas bangsa Indonesia saat ini.