Audit Inalum Sarat Konflik
Jumat, 29 Oktober 2010 – 01:10 WIB
Sebelumnya diberitakan, Komisi VII DPR meminta pemerintah mengutamakan kepentingan industri hilir nasional saat menggelar perundingan pengambilalihan PT Inalum. Saat ini, dari produksi aluminium batangan (ingot) Inalum yang mencapai 250 ribu ton, sekitar 60 persen diekspor ke Jepang. Sisanya atau 40 persen dipasok ke domestik dan diekspor ke negara di luar Jepang. Di pasar domestik, Inalum menjadi sumber pasokan bahan baku aluminium bagi setidaknya 65 perusahaan lokal.
Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) Romahurmuziy menilai, audit Inalum sebenarnya tidak diperlukan, kecuali diminta oleh perusahaan di Indonesia yang akan mengakuisisi pabrik pengolahan aluminium tersebut.
Di sisi lain, penetapan Ernst&Young sebagai auditor PT Inalum bukan atas permintaan pemerintah Indonesia melainkan pihak Jepang yang menghendaki perpanjangan kontrak di Inalum. Selain itu, audit finansial tidak cukup karena yang dibutuhkan adalah audit operasional perseroan.