Auman Harimau Sumatera Tidak Lagi Menakutkan
‘’Selama ini kampung ini memang kampung dibelo, sayo sudah generasi ketiga yang memimpin acara ini. Diharapkan dengan kegiatan ini kampung dibelo adatpun tejago (terjaga, red),’’ ujarnya.
Di Pulau Muda, Kabupaten Pelalawan upaya ‘’bersahabat’’ dengan harimau juga dilakukan masyarakat. Bentuk ‘’persahabatan’’ itu juga dilakukan dengan menggelar tradisi semah kampung.
Ritualnya sama dengan belo kampung di Tasik Serai, Bengkalis. Intinya, pemimpin ritual meminta kepada Allah SWT agar harimau tidak mengganggu kampung mereka.
Kearifan lokal masyarakat tempatan seperti ini sudah jarang dilakukan. Kearifan lokal seperti ini bisa mengekalkan hidup dan kehidupan baik manusia maupun harimau. Manusia tidak diganggu oleh harimau sehingga bisa mencari nafkah untuk anak dan isterinya. Sementara harimau bisa hidup bebas di belahan hutan yang lebat.
Tinggal 300-400 Ekor
Manajer Program Sumatera Bagian Tengah WWF Wishnu Sukmantorodidampingi Humas WWF Riau Syamsidar ditemui Riau Pos (Jawa Pos Group), mengugkapkan saat ini diprediks jumlah harimau di Sumatera khususnya Riau dan Jambi hany sekitar 300-400 ekor saja. Ada beberapa penyebab menurunnya populasi harimau sumatera.
Pertama, katanya, dikarenakan adanya penurunan kawasan hutan sebagai tempat habitat harimau.
Kedua penurunan populasi harimau dikarenakan perburuan. Indikasinya bisa dilihat dengan masih banyak perdagangan kulit harimau dan sebagainya. ‘’Identifikasi kami, hotspot pemburu itu berada di Riau dan Jambi,’’ sebutnya.