Auto2000 Kejar 330 Ribu Unit
JAKARTA - Diler utama Toyota, Auto2000, memastikan bisa menembus target penjualan 330 ribu unit hingga akhir tahun ini. Dari Januari hingga November, penjualan Auto2000 secara nasional telah mencapai 302.954 unit.
"Penjualan kita hingga November ini sudah 302.954 unit. Itu berarti meningkat tujuh persen dibanding periode yang sama.tahun lalu. Penjualan ini tentunya hasil dari perbaikan layanan secara kontinyu," ujar CEO Auto2000 Suparno Djasmin setelah menerima penghargaan Marketer of The Year untuk kategori otomotif dalam MarkPlus Conference di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, kemarin (12/12).
Dia menilai, beragam cara ditempuh pelaku industri otomotif untuk bertahan dalam gejolak ekonomi dan persaingan yang semakin ketat. "Selain brand Toyota memang sudah kuat, program penjualan Auto2000 juga banyak yang menarik," sebutnya.
Menurut dia, masyarakat sekarang sudah semakin kritis dan pintar. Karena itu, Auto2000 harus selalu memberikan layanan sepenuh hati. "Sebisa mungkin kami memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk membeli produk-produk Toyota. Kami berterima kasih atas kepercayaan ini," tambahnya.
Chief Marketing Auto2000 Hendry Tanoto optimistis target 330 ribu unit tahun ini dapat terlampaui. Pertimbangannya, penjualan Auto2000 per bulan rata-rata 30 ribuan unit. Sudah menjadi kebiasaan bahwa penjualan di bulan-bulan terakhir pasti lebih tinggi. "Awal tahun biasanya agak rendah, lalu terus meningkat di akhir tahun," sebutnya.
Apalagi, lanjut Hendry, sejak September tahun ini Toyota mulai menjual mobil murah ramah lingkungan (low cost green car) Agya. Selama 2,5 bulan diperkenalkan ke public, penjualan Agya melalui Auto2000 sudah mencapai 12 ribu unit. "Kita yakin Agya bisa menjadi pendorong penjualan tahun depan," tambahnya.
Terkait penjualan tahun depan, dia menilai.cukup menantang karena terdapat beberapa tekanan seperti suku bunga yang tinggi dan rupiah yang melemah. Menurut Hendry, rupiah yang melemah membuat tekanan terhadap harga jual, sedangkan suku bunga tinggi membuat daya beli menurun. (wir/oki)