Awas, Ada Risiko Politik Menanti di Masa Pandemi
"Dengah dalih menyelamatkan ekonomi, resikonya jauh lebih besar. Risiko politik, instabilitas dan juga bisa menimbulkan social unrest (kerusahan sosial), padahal pemerintah bisa menahan meningkatnya Covid-19," kata Matnoer.
Oleh karena itu Matnoer meragukan asumsi dalam RAPBN 2021 tentang pertumbuhan ekonomi yang dipatok pada 4,5 hingga 5,5 persen dengan defisit 5,5 persen persen. Sebab, pemerintah masih harus menghadapi ketidakpastian ekonomi domestik yang masih tinggi.
Matnoer pun mendorong pemerintah menggenjot penyerapan APBN 2020. Sebab, penyerapan APBN 2020 hingga Agustus ini baru di kisaran 40 persen.
"Kalau mau selamat, ekonomi kita harus menggenjot belanja negara kita sampai 60 persen, ada gap yang tinggi dalam serapan anggaran. Triwulan ketiga yang akan berakhir September nanti, dipastikan negatif lagi," tandasnya.
Adapun Fadhil menilai perekonomian Indonesia secara umum sudah mengalami kontraksi cukup dalam dan terancam memasuki resesi. Menurut dia, krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 telah meningkatkan angka penganggur.
"Kita sudah masuk resesi atau tidak, bisa dirasakan, salah satunya tentang lapangan pekerjan, terjadinya banyak pengangguran. Banyak pekerja di-PHK dan dirumahkan, serta kebijakan pemotongan gaji," katanya.
Fadhil menambahkan, pada kuartal ketiga 2020 atau September mendatang pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas nol persen. Dengan demikian Indonesia terhindar dari resesi.
"Kalau di triwulan ketiga ini ada optimisme, pemerintah secara efektif dan efisien dalam membelanjakan anggaran yang cukup besar, bisa terhindar dari resesi ekonomi. Sehingga triwulan keempat ada pemulihan ekonomi dan awal 2021 lebih baik, teapi kalau tidak sebaliknya," ujarnya.(ast/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi: