Ayo ke Solo, 23-25 September Nanti Ada Festival Payung Lagi
”Adanya pra-even yang kami laksanakan agar masyarakat luas juga mengenal jenis payung tradisional yang ada di Indonesia. Kami berharap masyarakat tidak hanya melestarikan payung, namun juga mengembangkan payung untuk menjadi sebuah kesenian kreasi baru,” kata Heru.
Dekorasi payung selalu menghiasi desain banyak festival yang digelar kementerian yang dipimpin Arief Yahya itu. Sejak Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015, Festival Payung Solo 2015, Festival Kuliner Manado 2016, Hari Kartini 2016 Jakarta juga menampilkan warna-warni payung.
Bahkan di Bukit Bintang Street Festival, Kuala Lumpur Malaysia yang digelar 1-4 September ini, Kemenpar juga mendesain koridor mall dengan warna-warni payung. “Payung memang kreasi yang unik dan punya taste yang artistik,” sebut Rizki Handayani, Asdep Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah ASEAN di Kuala Lumpur.
Kemenpar memang terus progresif memperkenalkan destinasi pariwisata dengan berbagai skema. Terutama dalam hal menciptakan objek atraksi baru Bali and Beyond. Solo termasuk dalam skema Bali-Bali baru atau Joglosemar (Jogjakarta-Solo-Semarang).
Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno Arya mengatakan bahwa wisatawan jangan terus selalu bertujuan ke Bali saja. Kata Raseno, Joglosemar juga masuk daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional oleh Kemenpar.
Raseno menjelaskan, ketiga daerah itu memiliki potensi di bidang budaya, belanja, dan kuliner, untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). ”Semoga wisatawan juga membuat paketnya ke Solo setelah mengetahui daerah kita yang lain dan berkembangnya festival kita di daerah termasuk FPI. Karena, salah satu alasan turis mancanegara datang ke Indonesia adalah melihat wisata alam budaya dan karya manusia,” katanya.
Sesuai portofolio pasar pariwisata versi Kemenpar, sektor wisata alam menyumbang 35 persen. “Dan buatan manusia lima persen,” ujar Raseno menyebutkan portofolio bisnis pariwisata yang diyakini Menpar Arief Yahya itu.
Wisata budaya menyumbang pasar terbesar mencapai 60 persen. Wisata budaya masih terbagi menjadi warisan budaya dan sejarah sebesar 20 persen, belanja dan kuliner 45 persen, serta wisata kota dan desa sebesar 35 persen.