Aziz DPR RI Dorong Indonesia Berperan di Indo-Pasifik
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Bidang Korpolkam Aziz Syamsuddin mendorong Peran Pemerintah Indonesia untuk dapat menciptakan Perdamaian di tengah tensi geopolitik yang sedang meningkat di perbatasan China-India, Laut China Selatan, Isue Hong Kong dan Taiwan.
Menurut Aziz, wilayah Indo-Pasifik menjadi teater konflik baru dunia. Saat ini tensi militer juga meningkat tinggi dengan masuknya angkatan militer Amerika Serikat dalam hal ‘Freedom of Navigation’.
Gerakan militer China-Amerika sangat dikhawatirkan bisa menimbulan perang konvensional di lautan dan Indonesia memiliki kepentingan bersama-sama dengan negara-negara ASEAN lainnya.
“Indonesia memiliki pengalaman dan kepentingan dalam menjunjung tinggi perdamaian serta memunculkan solusi-solusi terbaik. Hal ini di masa lalu telah di buktikan dalam peranan Indonesia di Gerakan Non-Blok, dan KTT Asia-Afrika. Di masa kini melalui ‘ASEAN Outlook on the Indo-Pacific” yang digagas oleh Indonesia,” kata Aziz Syamsuddin dalam keterangan releasenya di Jakarta (9/9/2020).
Politikus Golkar itu menilai gagasan Indonesia terkait wilayah Indo-Pasifik perlu ditingkatkan dan di institutionalisasi secara politik guna membangun kesepahaman perdamaian regional sesuai dengan asas-asas Sentralitas ASEAN. Inilah kesempatan baik bagi Indonesia sesuai dengan filsafat politik luar negeri bebas aktif untuk turut andil dalam membangun perdamaian dunia.
“Pera kepemimpinan Indonesia ini yang dinanti dunia agar wilayah ASEAN secara khusus serta Indo-Pasifik secara umum mampu terhindar dari polarisasi maupun perang dingin abad ke-21,” ujarnya.
Aziz Syamsuddin menilai bahwa Perkembangan Covid-19 sudah sepatutnya kita lebih mengutamakan kerja sama yang lebih erat dalam menangulangi pandemi serta berkaloborasi agar Ekonomi Global bisa bangkit kembali. Konflik di wilayah Indo-Pasifik harus segera dihentikan, Kita perlu duduk bersama dalam mewujudkan langkah-langkah Geostrategis dan Geo Ekonomi wilayah Indo-Pasifik.
“Sudah tidak zamannya lagi teori perang konvensional, dunia sudah harus mampu dewasa, belajar dari pengalaman masa lalu. Tantangan perbedaan harus diselesaikan melalui dialog dan saling menghormati serta menggunakan instrumen hukum-hukum Internasional dalam menyelesaikan perbedaan" tegasnya.